cersex annisa cersex anal mama cersex dengan ibu mertua cersex hot terbaru cersex download cersex xnxx

Cerita Sex Berhubungan Saat Mbak Rini Saat Lagi Sendiri Di Rumah

Sehabis nasib tiga bulan di kota ini, saya sudah bisa mulai beradaptasi style kenasiban kota ini. Saya sempat meluangkan diri singgah ke sebuah kafe untuk cari selingan sekedar hanya melepas kepenatan keseibukanku setiap hari. Aku juga sudah tidak terkait dengan suamiku kembali sehabis kuminta surat pisah darinya, walau kutahu dia ada di kota tempatku sekarang ini tinggal. Akhir kali kami bertemu di sebuahtempat dan dia mengatakan maaf atas semua tindakannya saat lagi ini. Saya memaafkannya dan minta tidak untuk kembali terkait untuk kebutuhan bersama-sama. Suamiku sebenarnya masih tetap menyukaiku tapi kondisi bisa dibuktikan tidak mungkin kembali. Dia pada akhirnya mengatakan selamat tinggal dan tinggalkan selembar check berkualitas besar sekali. Ucapnya untuk mendukung kepentinganku setiap hari.

Cersex Pemerkosaan –  Saat sebelum saya tiba ke kota ini, saya sudah menyiapkan diri untuk cari aktivitas. Untunglah saya kenalan dengan seorang wanita pebisnis. Umurnya tidak jauh berbeda denganku. Orangnya pintar bersahabat, ramah dan pandai. Namanya Nuraini. Saya terbuktigilnya Mbak Rini, karena dia bisa dibuktikan minta diundang seperti tersebut. Elok, tinggi langsing, badannya montok dan sukai kenakan pakaian seksi. Orang katakan type ‘Bangkok’. Performanya bisa dibuktikan prima. Wanita berkualitas.
Ucapnya dia mengenal dengan beberapa orang penting dikota ini. Petinggi pemerintahan, konglomerat sampai ke jenderal-jenderal dikenalinya baik. Saya tidak paham bagaimana dia dapat merajut jalinan sama mereka. Tetapi yang jelas, jika menyaksikan performanya yang serba ‘wah’, saya yakin dengan pernyataannya tersebut. Siapakah yang tidak sukai terkait dengan Mbak Rini yang elok dan seksi tersebut.
Saya seringkali terkait dengannya dan cukup banyak minta saran, anjuran terkait dengan usaha di kota ini yang sarat dengan kompetisi ketat. Aku juga harus wajib dapat menyeimbangi style nasibnya yang serba aktif, termasuk berkunjung beberapa tempat selingan alias lebih dikenali istilah ‘Dugem’.
Sore barusan saya ditelepon Mbak Rini untuk bertemu dalam suatu café yang kebenaran tidak demikian jauh dari rumahku. Ucapnya saya akan diperkenalkan seorang pebisnis besar. Mbak Rini janji akan mengikutkan diriku untuk sama kerjakan project besar dari pebisnis ini. Di telephone dianya pesan agar saya berhias secantik mungkin, bahkan juga jika dapat seseksi mungkin. Saya ketawa saja dengar permohonannya itu dan kukatakan ada saja, saat bertemu dengan pebisnis saja wajib kenakan pakaian seksi, kataku polos. Tapi saat pergi saya kenakan pakaian seksi pada akhirannya.
Saat sebelum keluar pintu rumah, saya masih tetap meluangkan diri bercermin di muka kaca yang terdapat di ruangan tamu. Kuperhatikan sertadananku agar tidak membuat malu Mbak Rini nanti. Saya cukup senang dengan performaku. Blouse warna hitam itu benar-benar pas dengan warna kulitku yang putih bersih. Menempel ketat cetak bentuk badanku menjadi memberikan lekukan-lekukannya, terutama di tahapan dada. Payudaraku terlihat membusung penuh dibalik blouse ketat ini. Bahkan juga kancing tahapan atasnya sampai susah dimasukkan ke celahnya karena sangat ketatnya. Saya cukup jemu menyaksikan benjolan dadaku sendiri. Ke bawahnya kupadu dengan rok hanya lutut. Saya menyengaja memakai rok ini agar bentuk kakiku yang ramping dan betisku yang cantik terlihat elok. Saya senang dengan sertadananku.
Simak juga narasi seks hot paling akhir di www.orisex.com
1/2 jam selanjutnya saya sudah ada di café tersebut. Saya celingukan cari Mbak Rini di tengah-tengah keramaian beberapa orang yang berakhir lalang di situ. Cukup grogi saya ada di sana, mungkin belum terlatih dengan kenasiban malam seperti ini walau sudah seringkali mencoba. Selang beberapa saat, saya temukannya di sudut ruang café itu sedang duduk berdua dengan seorang pria. Mbak Rini selekasnya mengayunkan tangannya padaku saat kumelangkah ke situ.
“Sini buruan,” panggilnya.
“Nach, kenalin ini teman saya. Elok khan?” ucapnya selanjutnya sambil tawarkanku pada pria di sebelahnya.
“Anna,” ucapku lirih malu sekalian memberikan tanganku menyongsong juluran tangan pria tersebut.
“Saya Rudy,” balasnya selekasnya sekalian tersenyum padaku.
Kelihatannya pria ini sudah berumur tapi performanya masih tetap fresh, penuh vitalitas, dan wangi, dengan aroma yang dirasa berbau maskulinitasnya. Orangnya masih tetap gagah walau sudah berumur. Badannya juga tinggi, tegap, dan kekar. Saya dapat merasainya dari pegangan tangannya yang kuat, dan panorama kabur bukit dadanya dari kembali baju yang dipakainya. Telapak tangannya yang lebih besar memegang habis tanganku yang imut. Orangnya ramah, berkharisma, dan hebat. Kuperhatikan mukanya yang cukup ganteng tersebut. Ketakjubanku juga semakin bertambah. Performanya sangat ‘dandy’. Bajunya terlihat mahal. Cukup memberikan keyakinan jadi pebisnis besar.
“Silahkan duduk,” katanya santun.
Tempat duduk itu berwujud 1/2 lingkaran mendekat ke dinding diberi meja di depannya. Semula saya ingin duduk paling ujung akan tapi Mbak Rini menyuruhku berubah lebih ke agar tersedia tempat duduk untuknya. Sementara dari ujung sana, Mas Rudy, begitu saya terbuktigilnya karena kusaksikan dia sudah berumur, berubah masuk untuk duduk menjadi ringkas saya ada di mereka berdua. Saya lirik Mbak Rini sebagai pertanda protes karena posisiku yang terjepit tidak ada jalan keluar. Lucunya, dia justru mengedipkan mata entahlah apa tujuannya. Dan dari sisi lain, Mas Rudy terus mendekat padaku menjadi kurasakan pundak kami sama-sama bersinggungan. Saya menjadi ketidaktahuan oleh kondisi ini. Lagi -lagi Mbak Rini mengedipkan matanya, ini hari sekalian berbisik
“rileks saja,” ucapnya.
Kami mulai mengobrol ngalor ngidul. Bertanya ini dan itu diselipin gurau canda di antara Mas Rudy dengan Mbak Rini yang cukup bau porno. Keliatannya mereka sudah berteman benar. Bahkan juga sesekali Mbak Rini mencubit lengan Mas Rudy sekalian ketawa manja, bahkan juga genit. Sementara saya yang ada di mereka cuma dapat tersenyum serba salah meng ikuti gurau mereka yang tetap lama terus hebat. Karena ada di tengah mereka menjadi sudah pasti saya terserang sentuhan mereka saat sama-sama cubit. Bahkan juga tangan Mas Rudy sebelumnya sempat nyerempet buah dadaku yang mencolok terlampau di depan saat dia mencubit tangan Mbak Rini.
Dengan refleks, saya mengundurkan badanku. Mereka kelihatannya tidak memerhatikan tersebut. Sejenisnya saya ini tidak ada. Sebenarnya saya mulai tidak santai dengan kondisi ini, jika saja Mas Rudy selanjutnya tidak ajakku ikut dalam diskusi mereka. Dia bisa dibuktikan type pria yang romantis menyaksikan dari bicaranya. Tenang, tenang, penuh gurau diselipin sanjungan yang didengar tidak gombal. Bahkan juga membuat wanita merasa suka. Diskusi kami terus hebat saja, apalagi sehabis minuman order kami datang.
Saya ikutan meneguk minuman seperti mereka, walau sebenarnya tidak paham type apa minuman itu, yang pasti berasa panas di tenggorakan. Saya tidak mau disebutkan kampungan. Saya tidak ingin disebut ‘norak’. Selanjutnya kami mulai berbicara serius. Menjelaskan usaha kami. Mas Rudy terus mendekat, bahkan juga mukanya menjulur sama persis di depanku saat berbicara pada Mbak Rini. Tercium berbau after shave nya. Berbau rempah-rempah. Berbau ciri khas lelaki jantan! Ehm.., saya mulai ngaco.
“Saya sepakat dengan saran Mbak Rini. Tetapi engh.., bagaimana dengan Mbak Anna sendiri? Apa dianya sepakat dengan saran saya?” begitu kata Mas Rudy sambil mengerling genit padaku.
Kurasakan duduknya terus minim padaku. Saya tidak memahami tujuan pengucapan tersebut. Saya selekasnya melihat ke Mbak Rini seolah meminta bantuan pertolongan apa yang wajib kukatakan. Mbak Rini segera berbisik padaku jika dia sepakat dengan penawaran harga atas project berkualitas beberapa ratus milyar itu asal saya dan Mbak Rini ingin bahagia-bahagia dengannya.
“Tujuan Mbak?” bisikku terus kebingungan.
Dia tidak menjawab bahkan juga dia segera menyetujui pada Mas Rudy tanpa minta pendapatku dulu. Kusaksikan Mas Rudy langsung tersenyum berbahagia dengar jawaban tersebut.
“Nach itu baru rekanan usaha yang hebat,” ucapnya sambil menjawil daguku dengan gaungs.
“Mari kami merayakan kerja sama ini,” belum saya protes apa yang mereka setujui, mendadak Mbak Rini langsung raih gelas dan mengacungkannya ke atas meja disongsong oleh acungan gelas Mas Rudy.
Mereka melihat padaku. Menanti reaksiku. Saya sejenisnya sudah terjerat. Tidak lagi ada yang dapat kupebuat terkecuali meng ikuti ajakan mereka. Kami sama meneguk minuman di gelas sampai habis. Minuman itu langsung kutelan. Berasa panas di kerongkongan. Bahkan juga badanku mulai berasa hangat. Kepalaku berasa cukup melayang-layang. Apa saya ini sudah mabuk?
Mereka berkesan senang sekali sekalian bernyanyi-nyanyi meng ikuti lagu dimainkan oleh sebuah group musik di atas pentas café. Minuman dalam gelasku sudah berisi penuh kembali. Baik Mas Rudy atau Mbak Rini mintaku untuk menghabiskannya. Kuturuti keinginan mereka. Aku juga ingin bahagia-bahagia seperti mereka meng ikuti situasi hiruk-pikuk musik. Kusaksikan vokalis wanita di atas pentas meliuk-liukan badannya dengan pergerakan erotis meng ikuti irama musik padang pasir dimainkan group musik. Sama persis seperti penari ular. Situasi terus ramai. Pengunjung lain, pria, wanita mulai ikutan berjoget. Ada yang berangkulan, bahkan juga berciuman. Mereka tidak malu lakukan itu di muka umum.
Situasi ini menerpa di atas meja tempat kami. Mbak Rini tanpa diperhitungkan memberikan mukanya sama persis dimuka mukaku dan disongsong oleh Mas Rudy dengan kecupan di bibirnya. Saya terkesima menyaksikan tindakan mereka di depanku. Mereka asyik berciuman. Sama-sama mengulum. Seakan saya tidak datang di depannya. Benar-benar edan kenasiban di kota ini. Saya tidak menduga akan selama ini. Demikian bebas. Kecupan mereka kelihatannya terus menghangat. Pandanganku terus kabur. Mungkin minuman yang kuteguk barusan mulai memengaruhiku. Badanku berasa kelu. Dan entahlah mengapa panorama di depanku membuat diriku bernafsu. Kusaksikan mereka asyik sekali berciuman. Membuatku iri.
Entahlah mimpi dengan kata lain tidak, kurasakan suatu hal bergerak dalam bawah meja. Meraba-raba lututku dan merayap perlahan-lahan, menelusup ke kembali rokku, menggerayangi pahaku. Kutahu itu tangan Mas Rudy. Saya tercekat. Tidak kurang ajar lelaki ini! kutukku dalam hati. Berpura-pura berciuman sama wanita lain sementara tangannya menggerayang nakal di atas pahaku. Kutepiskan tangan itu dari kembali rokku. Mas Rudy cuma mengerlingkan matanya padaku sementara bibirnya tidak sebelumnya sempat terlepas dari bibir Mbak Rini. Edan semua! Pekikku dalam hati menyumpah kerjakanan mereka.
Keliatannya Mbak Rini tahu apakah yang dilaksanakan Mas Rudy tehadapku. Dia tersenyum padaku sekalian mengganggukan kepala. Entahlah apa tujuannya. Selanjutnya kurasakan kembali gerayangan di atas pahaku, tapi ini hari tidak cuma dari sisi kiriku tapi juga dari sisi kanan tempat Mbak Rini. Oh.. dunia ini selalu kacau-balau! Saat Mbak Rini juga berselera kepadaku sama-sama wanita? Saya sejenisnya kagum oleh gerayangan tangan Mbak Rini yang demikian halus dan mesra. Saya tidak berani menepiskan tangannya yang naik terus ke arah pangkal pahaku.
Mereka hentikan kecupannya dan melihat bersama kepadaku. Saya balas melihat pandangan mereka. Kusaksikan kilatan bola mata mereka pancarkan nafsu. Mendadak saja, mereka mencium pipiku dari kanan-kiri. Saya berteriak protes kerjakanan mereka. Teriakanku kelihatannya terbenam di tengah-tengah keributan musik di café tersebut. Beberapa tamu lain juga tidak ada yang memerhatikan kerjakanan kami. Mereka repot dengan keasikannya masing-masing.
Kurasakan gerayangan tangan mereka terus nakal, terutama tangan Mbak Rini yang mulai hebat celana dalamku. Saya tercekat dan badanku terlonjak. Saat tersebut secara gampangnya, Mbak Rini memelorotkan celana dalamku sampai turun sampai ke lututku. Saya berteriak
“Mbak.. apa-apaan?!”
Mbak Rini tidak memberi komentar justru terus menciumi pipiku dan berubah ke bibirku. Saya sangat kewalahan dikerubut mereka. Mas Rudy tidak tinggal diam. Bibirnya menciumi leherku dari samping kiri sementara tangannya lainnya meraba-raba dadaku. Saya ingin menangis rasanya diberlakukan seperti ini di depan umum.
Tapi wajib kuakui, mereka bisa dibuktikan sangat mahir perlakukanku. Penuh kehalusan. Tidak ada pemaksaan. Cuma saya yang tidak berani berontak. Tenagaku sejenisnya lenyap entahlah ke mana. Badanku berasa lesu. Dampak minuman itu terus berasa kuasai pikiran jernihku. Cumbuan hangat mereka membuat badanku terasanya kebakar. Saya mulai terlena, kagum oleh hatiku sendiri. Apalagi Mas Rudy tidak berhenti-hentinya membisikan rayuan dan sanjungan di telingaku.
“Kamu elok sekali sayang.., badanmu sangat seksi.. benar-benar menggairahkan..” rayunya sambil melepas kancing blouseku untuk selanjutnya menelusupkan tangannya ke.
Menggerayangi buah dadaku yang masih tetap tertutup kutang. Diremasnya secara halus. Kurasakan jari tangannya mengelus-elus kulit tahapan atas dadaku yang terbuka untuk selanjutnya menelusup ke kembali kutangku. Tanpa sadar saya melenguh.
Saya mulaui terikut arus permainan mereka. Nafsuku kembali muncul sehabis cukup lama terkubur semenjak perselingkuhanku dengan Kang Hendi beberapa waktu lalu. Berkobar-kobar penuh nafsu. Badanku berdenyut oleh gairah birahiku sendiri. Darahku berhembus kuat, ditambah saat tangan Mbak Rini mengelus-elus bibir kemaluanku. Kurasakan wilayah itu mulai basah. Saya rasakan suatu hal lainnya dari sentuhan tangan Mbak Rini. Sejenisnya dia tahu benar beberapa titik kepuasan di wilayah tersebut. Sangat cantik, hingga-sampai saya tidak sadar mengeluh lirih sekalian terbuktigil namannya.
“Ya sayang..” jawabannya dengan lirih juga. Kedengar napasnya mulai terengah-engah. Dia lantas berbisik padaku untuk cari lokasi yang lebih bebas dan selanjutnya disepakati oleh Mas Rudy.
Saya sudah tidak peduli ingin dibawa ke mana dan saya tak ingat bagaimana dia membawaku karena demikian mataku terbuka saya sudah ada di atas tempat tidur empuk dalam kamar yang dipenuhi dengan sejumlah perlengkapan eksklusif. Lampu yang berkilau temaram membantu pandangan mataku untuk menyaksikan ke sekitar.
Kusaksikan selain tempat tidur Mas Rudy tengah membantu Mbak Rini melepas bajunya. Dengan refleks, saya menyaksikan pada diriku sendiri dan hebat napas lega saat kutahu bajuku masih tetap komplet melekat di badanku, namun kancing blouseku sudah lepas sejumlah buah sementara rokku terkuak memberikan kemulusan pahaku. Dan ke-2 kakiku menekuk hanya lutut menjadi dari mereka dapat berkesan tahapan dalam ujung pangkal pahaku yang masih tetap tertutup celana dalam.
Saya menyaksikan episode mereka. Baju Mbak Rini sudah lepas semua. Dalam hati saya kagum pada keelokan badannya yang sudah telanjang bundar tersebut. Buah dadanya tidak sebear punyaku tetapi memiliki bentuk yang cantik dan terlihat lebih membusung karena badannya lebih kecil dibanding diriku. Pinggulnya membuat lekukan prima disertai oleh buah bokongnya yang bundar penuh. Perutnya rata. Selangkangannya dipenuhi dengan rambut hitam legam yang demikian rimbun. Benar-benar kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Saya rasakan abnormalitas dalam getaran badanku waktu melihat badan Mbak Rini.
Jantungku berdegub terus kuat menyaksikan tindakan Mbak Rini mencium Mas Rudy dengan penuh nafsu. Ke-2 tangannya bergerak cekatan mempreteli pakaian dan celana Mas Rudy. Tontonan ini selalu menggentarkan. Nafsuku kepancing menyaksikan badan Mas Rudy yang masih tetap oke walau sudah tua. Kemaluanku terus berdenyut menyaksikan tangan Mbak Rini menelusup ke kembali celana Mas Rudy sekalian memberikan gestur terkejut di mukanya.
Saya terus ingin tahu oleh apa yang sudah ditemukan. Dia melihat padaku yang terbaring di tempat tidur sekalian memberikan air muka penuh ketakjuban. Tanpa sadar, saya bangun untuk menyaksikannya. Saya menjadi ingin tahu menyaksikan Mbak Rini seperti menyengaja sembunyikannya dari pandanganku. Saya baru terpekik terkejut demikian Mbak Rini sekalian menyeringai berbahagia keluarkan suatu hal dari kembali celana Mas Rudy dalam pegangan ke-2 tangannya.
Dari kembali celana Mas Rudy keluar tangkai kemaluannya yang sudah kuat dengan ukurannya yang hebat. Panjang dan besar! Walau sebenarnya ke-2 tangan Mbak Rini sudah menggengamnya penuh tetapi masih tetap berkesan tersisa sejumlah senti di atasnya. Panjang sekali! Mbak Rini tersenyum berbahagia seperti anak kecil mendapat bermainan. Mengocaknya turun naik sekalian melambaikan tangkai itu ke arahku. Seakan ingin memberikan kepadaku betapa berbahagianya dia mendapat tangkai kont0l sebesar tersebut.

Baca Juga:   CERITA SEX PERKOSAAN AKU KETAGIHAN DIENTOT PAKSA

tara kusaksikan Mas Rudy mengerling padaku sekalian tersenyum senang dengan yang dipunyainya. Saya balas pandangan itu dengan menjilat-jilati bibir dengan lidahku. Aku ingin dia mengetahui betapa besarnya kemauanku untuk menjilat-jilatinya. Kusaksikan bola matanya berbinar menyaksikan tindakan genitku yang membuatnya bernafsu. Keliatannya dia ingin selekasnya loncat ke atas tempat tidur tempatku tiduran dengan posisi yang menarik. Tapi Mbak Rini meredamnya di situ. Wanita itu segera berjongkok di depan Mas Rudy dan menjilat-jilati tangkai itu dengan penuh gairah. Kepala Mas Rudy melihat ke belakang sekalian mengeluh kepuasan rasakan jilatan mahir lidah Mbak Rini di sekujur batangnya. Dari bawah naik ke atas, mengulum-ngulum kepalanya untuk selanjutnya turun kembali lagi ke bawah menjilat-jilati buah pelernya. Kepalaku berasa pening menyaksikan tindakan Mbak Rini.
Gairahku mulai berasa di ubun-ubun. Saya diam di tempat tidur menyaksikan permainan mereka sekalian meremas-remas dadaku sendiri. Aksiku hebat perhatian Mas Rudy. Tangannya coba meraih ke arahku tapi tidak sampai. Saya menyengaja membusungkan dadaku memndekati ujung tangannya yang tinggal sejumlah senti kembali. Jarinya coba raih tapi tidak sampai. Saya tersenyum memikat. Saya ingin Mas Rudy terangsang oleh godaanku. Jariku melepas kancing blouse satu demi satu sekalian melihat penuh nafsu padanya.
“Ooohh.. hebat.. ngghh..” erangnya rasakan kepuasan dan rangsangan yang diberbagi oleh 2 orang wanita elok yang seksi sekalian.
Mbak Rini terus semangat dengan laganya. Mulutnya sudah sarat dengan tangkai kont0l Mas Rudy. Dihisap-hisap. Dikulum-kulum dengan penuh kepuasan. Saya iri menyaksikannya. Saya lantas bangun dari tempat tidur dan mendekati mereka. Kupeluk badan Mas Rudy dari belakang. Menciumi pundak dan punggungnya yang kuat, sedangkan ke-2 tanganku meraih ke atas dadanya yang berotot. Saya dapat rasakan dadanya yang disanggupi bulu-bulu lembut. Spontan saja saya segera mengelus-elusnya. Selanjutnya tanganku bergerak memasukii lengan Mas Rudi. Lengan itu berasa demikian kuat, dengan otot-ototnya yang bersembulan. Kuelus dan kumainkan bisepnya yang tebal dan padat tersebut.
Muka Mas Rudy melihat ke samping mencari bibirku untuk dikulum. Saya menyengaja menghindari. Memikatnya. Dia terus terangsang. Kubiarkan saja seperti tersebut. Tanganku juga merayap ke perutnya. Walau sudah berumur tapi perutnya tidak buncit, sama dengan tahapan badannya lainnya, terlihat kuat dengan otot-ototnya yang keras dan pejal. Dia kelihatannya rajin olahraga menjadi masih tetap bertubuh seperti mode pria di majalah kesehatan.
Kurasakan perutnya tergetar hebat meng ikuti rayapan nakal jariku. Kupermainkan bulu-bulu lebat di sekitar selangkangannya. Saya menyengaja tidak meraba-raba tangkai kont0lnya yang sedang dikulum Mbak Rini walau kutahu pasti dia benar-benar menginginkan sentuhan tanganku pada batangnya. Kudengar dia melenguh terbuktigil namaku. Dia ternyata teraniaya oleh godaanku. Saya tersenyum penuh kemenangan. Entahlah mengapa dalam lubuk hatiku, saya ingin memberikannya lebih atas sesuatu yang diberbagi Mbak Rini pada Mas Rudy waktu itu. Berikut mungkin kompetisi antara wanita yang tidak sebelumnya sempat diakui oleh kaumku.
Saya lantas beralih di depan mereka disertai pandangan Mas Rudy yang demikian ingin tahu dengan yang akan kulakukan. Saya turut berjongkok ada di belakang Mbak Rini. Kupeluk wanita itu dari belakang. Mbak Rini melihat sesaat untuk selanjutnya melanjutkan kulumannya. Kudengar dia mendesah saat tanganku merengkuh buah dadanya. Kuremas secara halus sekalian memilin putingnya yang sudah mengacungkan keras. Aksiku tidak sebelumnya sempat lepas dari pandangan Mas Rudy. Kuciumi punggung Mbak Rini. Sesekali kugigit perlahan-lahan. Dia mengerang. Tetapi kelihatannya tidak merasakan kesakitan justru kebalikannya. Dia terangsang karena kurasakan putingnya terus mengeras.
Tanganku merayap lebih jauh. Turun ke bawah mencari permukaan perutnya. Lantas mengelus-elus bulu kemaluannya. Jariku selekasnya mencari garis bibir kemaluannya. Mbak Rini melenguh rasakan permainan jariku. Dia sudah basah. Jariku rasakan wilayah itu sudah benar-benar licin menjadi secara gampang telunjuk jariku melesak ke lubangnya. Kutekan perlahan-lahan. Jariku bergerak masuk keluar untuk selanjutnya menyerang lebih dalam.
Pinggul Mbak Rini bergoyang seperti pergerakan bersenggama menyeimbangi tusukan jariku. Kugeser-geser dadaku ke atas punggungnya. Buah dadaku berasa terus membusung oleh tekanan gairah birahi. Walau masih tetap terhalang oleh baju, tapi berasa sampai ke hatiku. Saya ikutan melenguh menyahut erangan Mbak Rini yang sedang ditiduri oleh jariku. Kupermainkan kelentitnya. Saya tahu benar kekurangannya, tahu mana beberapa titik yang dapat membuatnya mem3kik penuh kepuasan. Sama seperti yang berada di badanku. Karena kami sama wanita.
Mas Rudy terperanjat dengan tindakan kami berdua di bawah. Panorama didepannya terus membuat Mas Rudy terangsang luar biasa. Mungkin baru ini hari dia bercinta dengan 2 wanita sekalian dan tidak sebelumnya sempat memikirkan akan begitu hebat rangsangan yang dirasanya.
“Oh.. anda berdua benar-benar hebat..” ucapnya dengan suara tersengal.
“Ayolah kami berpindah ke tempat tidur. Saya sudah tidak kuat kembali.. ngghh..” pintanya selanjutnya.
Kami lantas beralih ke tempat tidur. Mas Rudy ambil posisi terlentang, sedangkan saya tiduran di sebelahnya sekalian berciuman dengannya. Mbak Rini ternyata belum ingin melepas kuluman pada kont0lnya. Dia asyik mengemot-emot tangkai tersebut. Ke-2 tangannya tidak sebelumnya sempat stop mengocak. Hebat pertahanan Mas Rudy. Dia belum memberikan pertanda akan capai pucuknya. Walau sebenarnya Mbak Rini sudah keluarkan semua performnya mengisap kont0l tersebut. Dia ingin tahu sekali.
Saya dan Mas Rudy berciuman lagi. Kurasakan tangan kekarnya bergerak gesit mempreteli kancing blouseku sampai lepas. Dia lantas raih hubungan kutang di punggungku dan melepasnya. Mas Rudy melenguh penuh ketakjuban demikian ke-2 buah dadaku yang membusung penuh tumpah dari kutangku. Ke-2 tangannya selekasnya membekuk buah dadaku. Meremas-remas sambil menjelaskan betapa kenyal dan montoknya buah dadaku. Dia tidak berhnti memuji-muji kecantikan badanku. Bibir segera beralih ke atas payudaraku. Menciumi ke-2 nya dan menjilat-jilat putingku. Saya meringis kenikmatan hadapi lumatan pada putingku. Tangannya raih tanganku untuk dituntun ke kont0lnya.
Mbak Rini lantas melepas kulumannya dan biarkan saya memegang kont0lnya. Dia bangun dan ambil posisi jongkok mengangkangi Mas Rudy. Lubang mem3knya sama persis di atas kont0l yang sedang kupegang. Kuacungkan sama persis melekat di mulut lubangnya. Saya melihat ke Mbak Rini dan memberikan pertanda agar turunkan badannya. Mbak Rini melenguh panjang saat ujung kepalanya menerobos masuk bibir kemaluannya.
“Oohh.. gedee.. bangeett.. uugghh.. enaakkhh..!” rintih Mbak Rini penuh kepuasan.
Kusaksikan tangkai yang lebih besar dibanding pergelangan tanganku itu melesak ke lubang Mbak Rini yang sempit. Tangkai itu baru masuk separuhnya. Mbak Rini sudah terlihat gelagapan. Keliatannya tidak akan muat. Mbak Rini menggoyang-goyang bokongnya sekalian bergerak naik turun. Dikit demi sedikit pergerakan itu membantu tangkai Mas Rudy masuk lebih dalam . Mbak Rini baru menjerit lega sehabis rasakan tangkai itu masuk semuanya. Dia terlihat senang dapat memasukkan semuanya. Sehabis itu dia beergerak turun naik. Telihat lamban sekali. Saat naik rasanya tidak hingga-sampai ke ujungnya. Begitupun saat turun. Berasa lama sekali baru mentok sampai ke dasarnya.
Saya kagum menyaksikannya sekalian berpikiran apa lubangku mampu menerimanya. Saya tidak dapat berpikiran lama karena tangan Mas Rudy bergerak terus nakal. Rokku sudah dipelorotkannya sekalian dengan celana dalamku. Saya sekarang ini sudah telanjang bundar seperti mereka berdua. Kurasakan jari besar dan halus Mas Rudy menusuk-nusuk lubang mem3kku. Mulutnya tidak sebelumnya sempat stop mengemoti puting susuku. Kepuasan pada dua tempat ini sangat hebat. Rangsangan hebat menebar ke sekujur badanku. Cairan pelumas dari lubang mem3kku terus membanjir menjadi membuat lancar pergerakan masuk keluar tusukan jemari Mas Rudy. Sentuh semua lubuk vaginaku. Kelentitku dimainkan sebegitu rupa. Badanku terlonjak-lonjak karena sangat kenikmatan. Pinggulku bergoyang, berputar-putar dan bekerja maju undur meng ikuti irama tusukannya.
“Mengganti posisi Mbak..” kata Mas Rudy mendadak.
Dia bangun sambil turunkan badan Mbak Rini yang sedang asyik menungganginya.
Kusaksikan Mbak Rini sejenisnya tahu apa kemauan Mas Rudy. Dia segera ambil posisi merayap di atas tempat tidur, bertopang pada ke-2 lututnya yang ditekuk sementara bokongnya menungging ke atas. Mas Rudy ambil posisi ada berada di belakangnya. Dia pencet punggung Mbak Rini menjadi mukanya sentuh tempat tidur. Bokongnya yang bundar penuh itu terus menungging. Mas Rudy bergumam tidak terang sekalian melihat penuh gairah lubang mem3k Mbak Rini yang sudah menganga lebar dari tahapan belakangnya. Mas Rudy memegang kont0lnya dan ditujukan ke lubang tersebut. Badannya selekasnya didorong di depan. Mbak Rini melenguh seperti sapi yang diperah. Mulutnya menganga sekalian mengerang karena rasakan lubangnya dipenuhi benda keras, panjang dan besar punya Mas Rudy.
Saya iri menyaksikan kepuasan yang didapatnya. Saya diam tidak bergerak melihat persetubuhan mereka. Gairahku terus mencapai puncak. Ke-2 tanganku dengan refleks meremas buah dadaku sendiri. Mas Rudy menyaksikan kerjakananku. Dia menyuruhku untuk gabung. Mbak Rini selekasnya hebat badanku sampai terlentang sama persis di bawahnya. Ke-2 kakiku dibukanya lebar-lebar selanjutnya muka Mbak Rini dekati pangkal pahaku. Saya berdebar-debar menantinya. Selanjutnya kurasakan jilatan lidahnya di bibir kemaluanku. Badanku tergetar luar biasa. Hebat! Baru ini hari saya rasakan lidah wanita menjilat-jilati mem3kku. Badanku meggeliat-geliat di antara geli dan nikmat. Mbak Rini bisa dibuktikan hebat. Dia mahir sekali memberbagi rangsangan padaku. Lidahnya menjilat-jilat kelentitku.
Bokongku terangkut tinggi-tinggi demikian kurasakan tekanan hebat dari dalam badanku. Demikian kuat dan kuat sampai saya tidak dapat meredamnya. Saya menjerit lirih sekalian menggigit bibirku sendiri. Semprotan untuk semprotan terpancar dari lubang mem3kku. Saya capai pucuk kepuasan cuma dalam seringkali jilatan saja. Kusaksikan ke bawah muka Mbak Rini terus tenggelam antara selangkanganku. Mulutnya mengecup-ngecup cairan yang menetes dari lubangku. Mengisapnya dalam-dalam. Dia dengan penuh nafsu bersihkan ceceran cairanku di lebih kurang kemaluanku.
“Oohh.. Mbak Rinii.. ngghh.. mmppffhh..” rintihku sekalian menjambak rambutnya dan menekan kepalanya ke selangkanganku.
Sementara ada di belakang sana, Mas Rudy secara gagahnya menusukkan senjata terus-terusan. Pinggulnya meliuk dan bekerja maju undur dengan kecepatan penuh. Mbak Rini sampai kewalahan menyeimbangi keperkasaan pria tua yang jantan tersebut. Selang beberapa menit selanjutnya Mbak Rini melenguh panjang. Badannya berkelojotan. Kelihatannya dia juga sudah capai pucuk kepuasannya sendiri. Badannya langsung lesu dan jatuh di sampingku. Saya selekasnya menghujaninya dengan kecupan. Bibirnya kukulum. Buah dadanya kuremas-remas. Lenguhannya semakin bertambah keras bahkan juga 1/2 menjerit. Dia balas merengkuh badanku. Mengerayangi buah dadaku. Memilin-milin putingku.
Saya rasakan nafsuku muncul kembali. Kami bergumul dengan panasnya. Saya melihat ke Mas Rudy yang terkesima melihat tindakan kami. Tangkai kont0lnya terlihat masih tetap keras, mengacungkan secara gagahnya. Saya diamkan dianya menyaksikan kami. Perhatianku tersita semua oleh cumbuan Mbak Rini. Badanku menyongsong hangat ciuman panasnya. Saya sudah tak lagi memerhatikan Mas Rudy.
Saya tidak sebelumnya sempat menduga jika Mbak Rini memiliki kecondongan untuk bercinta dengan sama-sama wanita juga bukan hanya sama lelaki. Bi-sex, kata orang. Aku juga sebenarnya tidak sebelumnya sempat berpikiran akan bercinta dengan sama-sama wanita dan tidak sebelumnya sempat memikirkan akan kepuasannya. Kenyataannya rasanya bisa dibuktikan lain daripada lainnya. Saya tidak kalah hangatnya menyongsong cumbuan Mbak Rini. Dadaku seolah ingin meletus oleh rangsangan hebat yang bergolak dalam badanku. Bibir Mbak Rini terus menerus mengisap puting susuku. Saya menggelinjang-geliat karena sangat nikmatnya.
Kepuasanku terus betambah saat kurasakan bibir kemaluanku digesek-gesek oleh moncong kepala kont0l Mas Rudy yang mulai turut gabung dengan kami. Ya ampun! Saya berteriak dalan hati karena sangat kenikmatan. Mana sebelumnya sempat kualami kepuasan hebat seperti yang kurasakan sekarang ini.
“Auuww!” saya mendesah saat rasakan kont0l Mas Rudy menyodok antara bibir kemaluanku yang masih tetap rapat.
Rasanya membuatku terselak dipenuhi kont0l sebesar tersebut. Kubuka ke-2 kakiku lebar-lebar untuk memberbagi jalan kepadanya. Pinggulku bergelut agar kont0l itu masuk semuanya. Saya dapat hebat napas lega menyaksikan Mas Rudy mulai lancar menggoyang bokongnya. Ruangan vaginaku berasa penuh. Gesekan urat-urat tangkai Mas Rudy sampai berasa ke ulu hati. Ujung kepalanya menyikat-nyodok tahapan paling dalam vaginaku.
Saya sampai kekurangan napas menyeimbangi goyangan Mas Rudy. Dia sangat gagah. Saya kalah kepadanya. Badanku terasanya dipanggang oleh kont0l panjangnya. Otot-otot vaginaku kukedut-kedut. Mas Rudy mengeluh rasakan kepuasan kedutanku mengisap-hisap kont0lnya. Baru mengetahui rasa saat ini, ujarku dalam hati. Akan kubikin KO ia, ancamku dalam hati dengan gaungs.
Aku ingin dia selekasnya menyemprot air maninya dalam vaginaku. Aku ingin rasakan kemampuan semburannya. Aku ingin dia roboh dalam dekapannku. Saya bergoyang semaksimal mungkin. Kupelintir tangkai kont0lnya saat mem3kku. Kusaksikan Mas Rudy megap-megap. Saya terus semangat. Pinggulku berputar-putar seperti gasing. Meliuk liar. Kurasakan badannya mulai berkelojotan. Saya sudah tidak memerhatikan Mbak Rini yang repot mencumbui badanku. Saya lebih fokus untuk membuat Mas Rudy capai orgasme secepat-cepatnya.
Upayaku belum memberikan hasil. Mas Rudy terlihat masih tetap gagah memacuku. Belum berkesan pertanda dia akan orgasme. Saya terus frustrasi menyaksikannya, karena lama-lama saya sendiri yang kerepotan. Saya sudah rasakan hembusan kuat dalam badanku. Saya cemas oleh gejolakku sendiri. Kucoba bersi kokoh sekeras mungkin, tapi tangkai kont0l Mas Rudy masih tetap terus menusuk-nusuk secara pesatnya. Gesekan kulit batangnya yang keras dan gerinjal urat-uratnya pada kelentitku, membuat pertahananku jebol paad pada akhirnya. Saya berteriak semaksimal mungkin saat tuntunan deras menyemburkan dari dalam diriku. Saya berserah, pasrah dan biarkan otot-ototku melemas, melepas orgasmeku yang meletus-ledak.
“Memasukinn.. semuaannyaa..!” Jeritku sambil hebat bokong Mas Rudy ke selangkanganku menjadi kont0lnya melesak masuk semuanya.
Kurasakan semprotan untuk semprotan terpancar dari dalam lubangku. Sementara Mbak Rini mengelus-elus mukaku seakan sedang menentramkan diriku yang sedang hadapi serangan kobaran api birahi. Saya baru dapat ambil napas lega beberapa saat selanjutnya. Tulang-tulangku terasanya pada lepas. Saya terkulai lemas. Tenagaku terkuras habis dalam pertarungan barusan.
Mas Rudy lantas mengambil batangnya dari lubangku. Dia terlihat masih tetap gagah, mengacungkan gagah. Kepalanya mengkilap karena cairan punyaku. Mbak Rini melihat ke arahnya, selanjutnya kepadaku sejenisnya minta kontribusiku untuk ‘mengeroyok’ lelaki yang sudah membuat kami berdua hancur lebur. Saya menggangguk dan selekasnya bangun mendekati Mas Rudy. Kutarik badan atletisnya yang sudah licin karena keringatnya, agar tiduran terlentang di tempat tidur. Bibirku langsung menggempur wilayah selangkangannya. Saya sudah tidak sabar ingin melumat tangkai kont0lnya. Kuselomoti dengan rakus sampai kedengar suara kecipakan air liurku. Sementara Mbak Rini memulai cumbuannya di tahapan dadanya. Menjilat-jilati puting susunya yang lebih besar. Telusur langsung ke bawah dan gabung denganku menggumuli batangnya.
“Ouuhh.. sedaapp..” Pekik Mas Rudy menyaksikan dua wanita elok sama-sama berebutan menciumi kont0lnya.
Mbak Rini kebagian ujung kepalanya, sedangkan saya menjilat-jilati tangkai dan buah pelernya. Kami berdua sama-sama berlomba-lomba memberbagi kepuasan pada Mas Rudy. Kami selanjutnya bergiliran. Saya tahapan atas, Mbak Rini tahapan bawah. Selanjutnya berganti-gantian sampai beberapa saat lama waktunya. Saat kami rasakan Mas Rudy menggeliat dan mengeluh seperti meredam suatu hal, dengan bersamaan mulut kami menciumi moncong kont0lnya dari samping. Ke-2 tangan kami mengocak batangnya.
“Ouuhh.. saa.. yaa.. ke.. ke.. kelu..” belum ucapannya kelar, terlihat cairan kental dan hangat menyemprotkan keras dari moncongnya.

Baca Juga:   CERITA SEX NGENTOT DIPANTI PIJAT

Badannya menghentak-hentak bersamaan dengan semprotan air maninya yang tidak henti-henti muncrat. Muka kami belepotan disirami air maninya yang keluar demikian cukup banyak. Mbak Rini mengisap terus dengan rakusnya. Lidahnya menjilat-jilat sampai bersih tangkai itu dari ceceran air maninya. Dan saya mengocaknya seolah ingin memerah kont0l itu sampai habis cairannya.
Sehabis bersihkan air cipratan mani di muka, lantas kami jatuhkan diri di kanan dan kiri badan Mas Rudy sekalian merengkuhnya. Kami sangat kecapaian. Mata berasa berat karena mengantuk. Samar-samar kudengar Mas Rudy menjelaskan,
“Kalian bisa dibuktikan hebat. Saya sangat senang bersama kalian..”
Kami tidak paham apalagi yang dibahasnya karena sudah terbang melayang-layang dalam mimpi cantik. Senyuman kepuasan tersungging dari bibirku dan Mbak Rini. Pengalaman yang benar-benar tidak ada duanya.