
Foto Artis Bokep Jepang – Bacaan Seks Ngentot Terkini 2023 Share Suami – Bacaan seks, bacaan dewasa, bacaan ngentot, bacaan panas, narasi sex terkini 2023. Di aniv perkawinan ke 2th , kami kembali lagi ke hotel tersebut. Tempat di mana kami melewati bulan madu di saat-saat awalnya pernikahan. Memanglah bukan hotel yang terbaik, tetapi jaraknya demikian dekat dgn pantai. Itu yang kami mencari, dan yang kami gemari. Sesudah mengurusi semua sesuatunya di penerima tamu, bergandgn tangan kami pergi ke arah kamar.
Tp demikian terkejutnya waktu dalam kami menyaksikan masih tetap ada sebuah tas dari sisi almari, jg baju yang terkapar asal-asalan disekitaran tempat tidur.-Ditambah suara seorang yang sedang menggunakan sedsang mandi, semakin kompletlah ketidaktahuan kami. Semestinya kan kamar ini kosong!
Siapa saja orang yang berada di kamar mandi ketahui kehadiran kami, dia segera hentikan aktivitasnya dan melihat keluar. Seorang pria usia muda, seusiaku.
Kelompok Bacaan Seks Ngentot Terkini 2023 Share Suami
narasi seks
“Dapat saya tolong?” tanyanya dgn busa sabun tetap melekat di wajahnya, dapat kusaksikan badannya yang telanjang dari kembali kaca kamar mandi yang kabur.
Mukaku kontan memeras, apalagi ada berada di belakangnya rupanya jg ada seseorang, wanita, mungkin istrinya. Karena itu segera kupalingkan muka.
“Emmmm, begini…” suamiku mulai menerangkan.
“kami dikasih kunci kamar ini, kami anggap kosong, tidak tahunya…”
“Mungkin ada kekeliruan.” kata PRIA itu sekalian tersenyum.
“Iya, kelihatannya demikian.” sahut suamiku.
“Maaf, kami benar-benar menyesal.” sambungnya.
Pria itu mengenalkan diri, namanya Yogi,
“Tidak apapun, anda dapat menanyakan ke penerima tamu.” dia berbicara ramah.
“Oke,” suamiku mengikuti saran tersebut.
“Namaku Bryan,” kata suamiku demikian usai menghubungi.
“Apa kata penerima tamu?” tanyaku tidak sabar, jemu dgn kondisi yang aneh ini.
“Semua kamar penuh. Di hotel lain mungkin jg sama, karena ini musim berlibur. Jika sedikit ke luar kota mungkin dapat, sekitaran 25 kilo disini.” kata suamiku menerangkan.
Bahuku melorot, itu tidak mungkin. Cari kamar di peak season semacam ini, di jam begini, sama juga dgn cari jarum di setumpukan jerami.
Yogi yang sekarang sdh kenakan handuk, melihat kami dgn penuh rasa kasihan.
“Maaf, jika bisa saya tahu, kalian sedang berlibur atau apa?” tanyanya.
“Ah, tidak. Kami cuma ingin bernostalgia, sekalian refreshing jg.” jawab suamiku.
“Saat ini ulang tahun pernikahan kami, di dalam kamar berikut kami dahulu melewati bulan madu.” saya menambah.
Yogi menggangguk penuh pemahaman,
“Jika demikian, kalian memang seharusnya bermalam di dalam kamar ini. Ulang tahun perkawinan bukan suatu hal yang dapat dilewati demikian saja.” ucapnya sekalian melihat badanku, seperti memandang dan pelajarinya.
Saya percaya ia memberikan nilai sembilan, atau jika tidak, delapan. Lumrah saja, karena saya benar-benar sangat elok dan seksi.
“Tp, sdh ada kamu di sini.” kata suamiku, benar-benar tidak merasa berkeberatan.
Sdh biasa untuk ia menyaksikan diriku ditatap oleh lelaki semacam itu.
“Ah, itu dapat ditata.” Yogi tersenyum kabur, memberikan sebuah seringaian aneh, saat sebelum selanjutnya berbicara,
“kamar ini demikian besar, jg tempat tidurnya dobel. Mengapa tidak kita untuk dua saja?” tawarnya selanjutnya.
Suamiku ketawa.
“Mana dapat demikian?” tanyanya bingung.
“Bisa jadi.” sahut Yogi.
“Dengar, kami sesaat lagi akan pergi makan malam. Berikan kami waktu lima belas menit untuk ganti baju, seterusnya untuk tiga jam di depan, kamar ini menjadi punya kalian. Bagaimana? Dibanding kalian berkendara malam-malam ini cari hotel lain.” bujuknya.
Saya saksikan suamiku. Ia terlihat sedikit kaget, tp jg terlihat tertarik. Apalagi saat menyaksikan Ratih, istri Yogi -yg melihat malu dari kembali pundak suaminya yang rupanya sangat elok dan seksi. Terang-terangan saya sedikit cemburu sebab menganggap tersaingi.
“Ehm, entahlah…” sahut suamiku, malu jika harus mengiyakannya langsung.
“Sebagai imbalan, kita share biaya kamar; 50-50. Adil kan? Kami akan merasa suka sekali jika kalian ingin menerimanya, setdknya kami dapat mengirit.” kata Yogi.
Ratih yang berdiri ada berada di belakangnya turut menggangguk sepakat.
“Sesaat, kurundingkan dahulu dgn istriku.” kata suamiku sekalian ajakku berbicara, sedangkan Yogi dgn di ikuti Ratih keluar kamar mandi dan siap-siap untuk ganti baju.
Sedikit deskripsi mengenai Yogi, dia lelaki muda ganteng yang mempunyai senyuman menarik dan terlihat asli. Badannya cukup tinggi, dgn rambut hitam lempeng terpotong pendek dan mata bundar yang selalu terlihat melebar. Sementara Ratih sama sepertiku, sama elok dan seksi, dan selalu dapat tarik perhatian tiap lelaki untuk meniduri. Tidak kecuali suamiku, sepanjang perbincangan barusan, kuperhatikan jika ia selalu melihat Ratih.
Dgn beragam pemikiran, kami pada akhirnya putuskan akan terima penawaran tersebut. “Terima kasih,” kata suamiku sekalian jabat tangan Yogi.
“Sama,” balas Yogi. Saat suamiku tidak menyaksikan, dia melempar seringaian aneh kepadaku, sama dengan barusan. Kubalas perlakuannya dgn kaku.
Suamiku sendiri, dgn sedikit cukup tidak sabar, memegang jg tangan lentik Ratih. Lama dia tidak melepaskannya, seperti menyengaja menghayati kelembutan dan kehangatannya, sekalian matanya melihat belahan payudara Ratih yang melihat malu dari kembali gaun malamnya.
Kusentil tangan itu, suamiku selekasnya melepasnya.
“Eh, m-maaf.” ucapnya kepadaku, dan jg ke Ratih. Kami sama tersenyum.
Saat sebelum pergi, Yogi sebelumnya sempat berbicara,
“Selamat nikmati, mudah-mudahan malam kalian menggembirakan!”
“Terima-kasih, mudah-mudahan kalian jg.” balas suamiku, matanya tidak berkedip-kedip melihat goyangan pinggul Ratih yang demikian seksi dan ketat saat pasangan muda itu mengambil langkah pergi.
“Awas tuch matanya lepas!” kataku sekalian mulai membedah kopor.
Suamiku ketawa, dan segera mengamankan pintu kamar.
“Saya ingin mandi dahulu, panas nih.” ucapnya.
Kubiarkan ia pergi ke kamar mandi, sedangkan saya mulai mengatur baju dalam lemari. Sejumlah makanan dan camilan yang kami membawa dari rumah, kutaruh di meja. Di rack samping, kutemukan setumpukan pakaian dalam Ratih, kucoba untuk melihat dan menyaksikannya. Semua seksi-seksi dan demikian mini. Saya tidak bisa memikirkan jika diminta untuk mengenakannya, rasanya saya tidak akan mampu. Kubayangkan Ratih yang pergi makan malam dgn baju semacam itu, hmm pasti berasa ‘dingin’ sekali.
Tidak lama, suamiku keluar kamar mandi. Dia tersenyum saat melihatku yang menimang beha Ratih. “Besar mana sama punyai mama?” tanyanya dgn tersenyum.
“Sama sepertinya,” sahutku. Tp lebih kuat punyai Ratih, ia kan tidak pernah melahirkan! tambahku dalam hati.
Suamiku memberikan sebuah kecupan mesra di pipi. Dia membelai sesaat gundukan payudaraku saat sebelum menyuruhku agar segera mandi selang beberapa saat.
“Ah, kembali donk! Sedap nih!” rintihku. Tp suamiku masih tetap melepas pegangan tangannya.
“Mandi dahulu, Ma, agar lebih fresh.” dia berbisik.
Aku juga pada akhirnya mengalah. Cepat lusuhbar handuk yang dia beri, sepintas kulirik badan suamiku yang telanjang di muka hidungku; air menetes-netes di perutnya yang terlihat makin gemuk, sedangkan di bawah, kusaksikan k0ntolnya sdh mulai sedikit ngaceng, membuatku menjadi tidak sabar ingin segera merasainya.
Karena itu selekasnya, sesudah memberikannya kecupan sepintas, saya bergerak cepat ke arah kamar mandi. Jam sdh memperlihatkan jam 7.40 malam, bermakna kurang dari 2 jam kembali Yogi dan Ratih akan selekasnya kembali. Saya harus betul-betul manfaatkan peluang yang sempit ini.
Segera kubasuh badan mulusku, kusabuni beberapa bagian yang kerap dicumbu oleh suamiku; yakni dada dan selangkanganku, disitulah ia banyak memakai lidahnya. Yang yang lain tidak demikian kuhiraukan karena badanku memang bersih dan harum. Lantas sesudah gosok gigi, kukenakan handuk tanpa kenakan apapun kembali di dalamnya; saya keluar dgn badan telanjang!
Suamiku tersenyum saat melihatku, tahu jika berikut saat yang kami tunggu-tunggu. Di sini, tidak ada anak yang akan mengusik keintiman kami. Berdua kami bebas, kembali lagi ke saat awal mula pernikahan dahulu. Saat-saat yang demikian cantik karena kami bebas lakukan apa, kapan saja dan dimana saja.
“Kamu elok sekali, sayang!” kata suamiku sekalian merengkuh dan mencium bibirku.
Tanpa berbicara apapun kembali, kami segera sama-sama melumat dan bercumbu mesra. Dapat kurasakan k0ntolnya yang sdh mengeras menjejal mutlak di perutku. Selekasnya kubuka celana pendek yang dia gunakan sampai benda itu juga langsung terlempar keluar, hinggap di atas telapak tanganku dgn demikian kerasnya.
Suamiku membelai rambutku penuh rasa sayang, dia jg menarik handukku sampai lepas. Karena itu jadilah saya terbaring pasrah di depannya dgn badan telanjang bundar. Suamiku mengawali permainan di atas ke bawah.
“Pah, geli, Pah.. aughh,” rintihku saat jari-jari tangan suami mulai menguak belahan kemaluanku.
“Tahan sedikit, Sayang!” rayunya sekalian terus menguak dan terus mengelus-elus bibir bawahku dgn demikian halus. Seperti umumnya, dia membuka lebar-lebar, memerhatikan sisi dalamnya yang terlihat memeras sesaat, sekalian dua jarinya mainkan biji klitorisku yang sdh menyembul kuat, sebelumnya terakhir mulai mencium dan mengisapnya dgn demikian rakus.
“Auw! Arghh…” kontan saya menjerit, pinggulku bergerak putar, bukan lantaran sakit, tetapi karena nikmat.
Seperti memahami dgn jeritan itu, sedotan dan gigitan mulut suamiku makin kuat berasa. Lidahnya jg menyerang makin dalam, sekalian dua jarinya terus memilin dan mainkan benjolan klitorisku. Terserang terus semacam itu, betapapun saya ingin menantang, badanku pada akhirnya tidak dapat jg. Saya mulai menggeliat, badanku kelojotan, sedangkan tanganku menjambak rambutnya supaya ia makin kuat menggairahkan gairahku.
“Su..sdh, Pah.. sdh!” jeritku saat sdh tidak kuat dgn gelitikan lidahnya di wilayah sensitifku.
Tp dia terus mainkan lidahnya, justru berkesan makin liar. Saya menjadi semakin kelojotan dibikinnya, rintihan dan jeritanku jg kedengar makin keras. Apalagi sekalian menjilat, tangan suamiku jg terjulur untuk menggenggam dan meremas-remas benjolan payudaraku yang tumbuh makin bertambah besar sesudah saya melahirkan anak sulung -padahal dahulu sdh besar, apalagi saat ini! Karena itu dia menjadi sukai menggenggam dan meremasinya.
“Sdh, Pah… sdh!” saya minta lagi, tetapi lidahnya terus bergerak turun naik membelai belahan kemaluanku. Tidak ingin dimainkan semakin lama, segera kucari tangkai k0ntolnya yang sdh ngaceng keras, lantas kuremas dan kukocok-kocok benda itu sampai ujungnya yang tumpul keluarkan cairan mengkilap.
Pada akhirnya kami menjadi sama tidak kuat. Saat saya minta untuk yang ke-3 kalinya, ini kali dgn suka hati suamiku merestuinya. Dia alihkan posisi badanku. Sekarang saya tiduran membentang di atas tempat tidur dgn bokong 1/2 menggantung, kakiku terjulur ke bawah. Lantas dia mengusung ke-2 kakiku, membuka lebar-lebar, dan meningkatkan ke-2 nya ke atas bahu. Dgn demikian, lubang kemaluanku yang sdh mengembang basah dapat terpampang dgn terang di muka tangkai k0ntolnya, siap untuk memuat dan membahagiakannya.
“Ahh…” saya mendesis pasrah dgn mata 1/2 terpejam. Mulutku terbuka, sedangkan tangan saya simpan di atas kepala. Dgn dada berdebar-debar kutunggu saat k0ntol suamiku mulai menerobos lubang memekku.
Tetapi ia tidak langsung melakukan. Suamiku cuma menggesek-gesekkannya saja sekalian mulutnya mulai mencium dan menjilat-jilati putingku. Dia mengisapnya dgn demikian rakus sekalian sisi bawah badannya terus mendesak-desak, menggesek bibir memekku dgn ujung k0ntolnya.
“Uuuhhhhh…” saya menjadi tidak kuat. Saya yang sdh merasa benar-benar gatal, segera memegang pinggulnya.
Saat k0ntolnya pas ada di depan pintu surgaku, selekasnya kutarik pinggulnya kuat-kuat. Tidak dapat dihindari kembali, k0ntolnya yang besar itu juga langsung melaju masuk, memotong lubang kemaluanku, mengisinya demikian penuh sampai menjadi berasa geli dan begitu nikmat.
“Aahhhhh…” saya menghela napas lega, apa yang aku inginkan pada akhirnya terwujud jg.
Tetapi itu tetap 1/2 jalan; k0ntol itu cuma isi, tp belum juga bergerak. Baru saat Suamiku mulai menggoyang badannya, tersebut di mana saya memperoleh nikmat persetubuhan yang sebenarnya.
“Goyang, Pah… cepat!” rengekku tidak sabar sekalian mulai gerakkan pinggul.Gesekan alat kelamin kami, walau hanya sedikit, sdh cukup membuatku mendesah nikmat.
Suamiku tersenyum saat menyaksikan tingkahku.
“Tidak sabar sangat sich!” godanya sekalian meremas lagi dan memijit-mijit benjolan buah dadaku, putingnya yang imut dia pilin-pilin enteng dengan berganti-gantian.
“Ahaahhhh…” saya tidak mampu untuk buka suara, karena sekalian terus meremas, dia jg mulai gerakkan pinggulnya.
Dgn menarik badanku cukup sedikit ke bawah, suamiku mulai menusukkan tangkai k0ntolnya mundur-maju, menggesek dinding-dinding rahimku yang sdh benar-benar kangen akan sentuhan, dan mengaduk-aduk sisi dalam lubang senggamaku sampai menjadi demikian basah dan lembab.
Tusuk-tusukannya berasa sedikit cukup kasar, tp tidak apa, saya menyenanginya. Justru sebetulnya, itu yang saya mencari. Entahlah mengapa, malam hari ini saya ingin bermain sedikit liar, lain dari yang biasa kami kerjakan jika di dalam rumah.
Suamiku yang ternyata memahami apa yang saya harapkan, tanpa memberikan peluang untuk menarik napas, terus memacukan k0ntolnya. Dgn posisi miring sama-sama membelakangi, lubangku menjadi berasa makin sempit, menjadikan lebih legit serta lebih sedap. Apalagi jika sdh terangsang semacam ini, benjolan buah dadaku jg membesar makin bertambah besar, membuat suamiku menjadi semakin gaungs permainkannya.
Sama nikmat, kami menjadi sama tidak kuat. Pada akhirnya, dgn disertai sebuah jeritan perlahan, kami capai klimak secara nyaris bersama. Suamiku menyemburkan terlebih dahulu, selanjutnya diikuti olehku, cuma seilisih sepersekian detik. Seterusnya, dgn sama senang, kami sama-sama berpelukan dan sama-sama mencumbu untuk menurunkan gairah masing-masing.
Waktu memperlihatkan jam 10.10, saat kedengar ketukan perlahan pada pintu kamar. Suamiku segera kenakan jubahnya, sedangkan saya cuma kenakan pakaian tidur yang benar-benar tipis. Kuantar suamiku buka pintu.
“Eh, maaf mengganggu.” kata Yogi sekalian matanya melihat kepadaku, lantas ke sprei tempat tidur yang benar-benar amburadul.
Dia selanjutnya tersenyum penuh makna. Saya cuma dapat bersemu malu saat terima pandangannya. Ratih, istrinya yang elok, bergelayut manja di bahunya, kelihatannya sedikit mabok.
“Ah, tidak apapun.” selekasnya suamiku mempersilakan mereka untuk masuk.
“Malah kami yang semestinya mohon maaf karena sdh menyusahkan kalian.” tambahku untuk cairkan situasi. Kami berempat sama-sama melihat dan sama-sama tersenyum kikuk, lantas ketawa berderai dengan bersama.
Bergiliran kami pergi ke kamar mandi untuk ganti baju, seterusnya bersama kami membereskan tempat tidur. Kuperhatikan seringkali suamiku melihat bulatan payudara Ratih yang menggantung cantik dibalik pakaian tidurnya, demikian jg dgn yang dilaksanakan Yogi kepadaku. Anehnya, saya dan Ratih benar-benar tidak merasa berkeberatan dgn hal tersebut. Entahlah apa yang terjadi. Yang terang, malam hari ini berasa lain. Saya merasa demikian bebas, jg demikian horny. Memekku berasa basah terus walau sebenarnya sdh ditusuk oleh suamiku barusan. Dan kelihatannya itu jg yang dirasa oleh Yogi, Ratih dan suamiku.
Mengakibatkan, kami yang awalannya bergurau biasa saja, sekarang mulai mengarah ke sex. Yogi tanpa malu melemparkan guyonan porno, sedangkan suamiku menanggapinya dgn tidak kalah cabul. Saya dan Ratih sebagai istri, cuma dapat tertawa-tawa saja menyaksikan tingkah mereka berdua. Hingga kemudian, Yogi melemparkan sebuah gagasan konyol selang beberapa saat.
“Saya punyai gagasan, bagaimana jika kita bermain strip poker?” usulnya sekalian menyeringai, lantas berdiri untuk ambil setumpukan kartu dari laci meja. Ratih ketawa kecil sebagai bentuk rasa persetujuannya.
Kupandang suamiku, dia menggangguk, menyetujui ajakan Yogi. Walau masih bimbang, saya menjadi tidak mampu untuk menentang.
Itil V3
“Bagaimana ketentuannya?” pada akhirnya cuma itu yang dapat kukatakan.
“Ketentuan? Simpel saja kok,” kata Yogi, dia duduk kembali dari sisi istrinya.
“kita cuma telanjang, tidak ada tatap muka kelamin, tidak ada penetratif tanpa kesepakatan dari semuanya orang, dan kita bisa menjelaskan tidak jika memang tidak ingin.” jelasnya.
Bacaan Seks Ngentot Terkini 2023 Share Suami
Entahlah mengapa, dengar semuanya, memekku secara langsung tergetar keras, jantungku berdetak cepat, dan darahku terasanya mengucur 2x lebih deras. Oh, dasar badan suka sex! umpatku dalam hati. Kupandang suamiku; pertama ke mukanya, dia tidak memerhatikanku, justru dia asyik melihat badan mulus Ratih, seperti menilainya, sama dengan yang sedang dilakukan Yogi ke badanku. Ohh, lagi -lagi saya mengeluhkan dalam hati. Lelaki memang sama juga, tidak dapat menyaksikan yang cantik-cantik dan bening-bening!
Kualihkan pandanganku ke bawah, ke celana suamiku; sdh ada benjolan besar disitu, demikian jg dgn celana Yogi. Ternyata ke-2 lelaki itu sdh mulai terangsang, walau sebenarnya permainan belum jg diawali. Sembunyi-sembunyi saya ketawa dalam hati. Ratih yang jg ketahui hal tersebut turut ketawa bersamaku. Karena itu demikianlah, sesudah kami semua menggangguk sepakat, permainanpun diawali.
Yogi mulai membagi kartu. Diperputaran pertama, suamiku yang menang. Sama sesuai ketentuan, dia memiliki hak tentukan siapa yang kehilangan apa.
Suamiku berbicara ke Ratih dan saya.
“Bebaskan pakaian atasan kalian!”
Ratih dgn rileks buka pakaian tidurnya. Di badannya yang putih mulus terlihat menggantung bra menembus pandang untuk menygga bongkahan payudaranya yang bundar besar. Suamiku langsung melongo saat menyaksikannya, terlihat kagum oleh puting Ratih yang bundar tegak warna coklat kemerahan. Demikian jg dgn Yogi, matanya tidak berkedip-kedip saat melihatku mulai melepas pakaian. Karena tidak kenakan beha, karena itu jadilah payudaraku yang seukur melon 2 kilo langsung terlempar keluar. Semuanya orang dapat menyaksikannya dgn terang. Ratih terlihat memperbandingkan dgn punyanya, dan ia tersenyum saat menyaksikan punyaku sedikit kendor. Ya iyalah, saya kan sdh sebelumnya pernah melahirkan, dan dia belum.
“Sama cantik,” suamiku coba berlaku adil, walau sebenarnya saya tahu jika ia betul-betul terangsang saat menyaksikan bulatan payudara Ratih.
“Iya,” bantu Yogi dgn mata terus melihat ke benjolan buah dadaku, dia lantas ajak untuk melanjutkan permainan.
“Eh, nanti dulu.” tp suamiku menampik, kami semua selekasnya melihat padanya.
“Yogi belum kuberi hukuman.” kata suamiku. Saya dan Ratih langsung menggangguk sepakat, sedangkan Yogi cuma ketawa saja saat ketangkap basah.
“Iya, maaf.” kata Yogi sekalian mulai melepaskan pakaiannya.
Tp suamiku cepat meredam,
“Eh, bukan tersebut. ”
Yogi melihat kebingungan, dan ia segera tersenyum saat suamiku berbicara,
“Maaf, rekan, lepas celanamu!”
Yogi dgn suka hati melakukan. Perlahan dia melepaskan sabuk dan buka ritsleting celananya. Ratih dan suamiku ketawa saat menyaksikan Yogi rupanya kenakan boxer dibalik celana itu, sedangkan saya mendengus sedih karena tidak menjadi menyaksikan tangkai besar yang kelihatannya sdh ngaceng berat dibalik kain tersebut.
“Sabar, sayang…” kata suamiku,
“doakan saya menang kembali, kujamin dia akan telanjang.” yakinnya. Saya turut tersenyum.
Tp rupanya, diperputaran ke-2 , Ratih yang menang.
“Yes! Yessss!” dia bersorak senang, dan sekalian melihat suamiku, dia berbicara,
“Mari, Bryan, lepas celanamu!”
Saya yang tahu jika suamiku tidak kenakan apapun kembali dibalik celana boxer-nya, mulai berdebar kuat. Saya tidak kuat memikirkan jika lelaki yang sdh menikah dgnku sepanjang tiga tahun ini akan telanjang di muka wanita lain. Tp rupanya, saat suamiku melepaskan celananya dan memperlihatkan k0ntolnya yang sdh menegak kuat di muka Ratih, saya tidak merasa cemburu sedikitpun. Yang ada, saya justru turut terangsang!
Sama melongo seperti Ratih, kuperhatikan k0ntol suamiku yang berkeringat. Benda itu kelihatan demikian panjang dan ramping, ujungnya yang gundul sdh warna coklat kemerahan dgn cairan precum mulai membasahi lubangnya yang imut. Sementara urat-urat lembut yang sejauh ini selalu dapat membuaiku ketika kami bersetubuh, kusaksikan sdh bersebaran di sekujur batangnya, membuat k0ntol itu menjadi kelihatan demikian menarik, jg benar-benar menarik. Suamiku ketawa senang dgn kejantanannya tersebut.
“Ehm-hem!” kuingatkan Ratih yang masih terlihat kagum melihat tangkai k0ntol suamiku.
“Ah… eh, i-iya… iya…” dia tergagap-gagap. Kami semua ketawa menyaksikannya.
Ratih lantas beralih kepadaku dan menanyakan,
“Apa kau jg tidak kenakan apapun kembali dibalik celana tidurmu?”
Saya tersenyum dan menggeleng; tidak. Saya memang tetap kenakan celana dalam dibalik celana tidurku.
“Emm, baik.” Ratih menggangguk, terlihat berpikiran sesaat, lantas berbicara ke semuanya orang,
“Saya akan tawarkan Angel opsi. Ia dapat melepaskan celana atau ia bisa memberi sebuah kecupan ke kemaluan kalian.” Ratih menunjuk beberapa suami, yang sudah pasti disongsong oleh Yogi dan suamiku dgn senyuman lebar.
“Cuma sebuah kecupan.” imbuhnya untuk menyemangatiku.
Saya kebingungan, ini opsi yang sama susah. Kupandang suamiku, dia tersenyum dan menggangguk. Tanpa perlu saya untuk menjawab, Yogi dan suamiku selekasnya berdiri dan mengambil langkah perlahan dekatiku. Mereka memberikan selangkangan pas di depanku; suamiku sdh telanjang, sedangkan Yogi tetap menggunakan celana, tp tetap ujung k0ntolnya yang ngaceng berat mampu menyerang hidungku. Mereka berdiri berdekatan dan sama-sama tersenyum.
Saya turut tersenyum walau malu. Kulirik Ratih, dia mengganggukkan kepala untuk menggerakkan keputusanku. Perlahan, aku juga berlutut di kaki suamiku dan memulai menjilat-jilati porosnya. Kugerakkan lidahku ke atas sampai capai ujung k0ntolnya. Lantas kukecup precumnya yang berkilau sekalian kujilat perlahan-lahan saat sebelum kulepaskan selang beberapa saat.
“Hhh…” saya menghela napas lega.
Usai dgn suamiku, sekarang datang gantian Yogi. Mulutku selekasnya berpindah ke selangkangan lelaki tersebut. Perlahan kujilat kemaluannya dari bawah, di luar celana. Kucucup terus sampai naik ke atas dan sampai disekitaran ujungnya. Disitu, saya jg dapat rasakan precum Yogi walau hanya beberapa.Kucucup perlahan-lahan dan kujilat satu kali lagi saat sebelum kulepaskan tidak lama kemudian.
Ratih bertepuk tangan saat saya usai, demikian jg dgn Yogi, sedangkan suamiku hanya membelai rambutku mesra sebagai bentuk support. Ia benar-benar tidak tahu jika di bawah sana, juice memekku sdh mengucur cepat membasahi lubang kemaluanku. Saya terangsang berat!
Permainan diteruskan lagi, dan terka siapa yang menang? Saya! Dgn seringaian penuh sakit hati, kukatakan pada Ratih,
“Tentukan melepaskan beha atau celana?”
Dia pilih celana. Dibalik kain itu, Ratih rupanya kenakan daleman yang sama dgn behanya; sama menembus pandang. Dapat kusaksikan sekarang putingnya sdh mengeras dan celana dalamnya demikian basah.
Untuk Yogi, sudah pasti kusuruh dia untuk melepaskan boxer. Saat ini ia betul-betul telanjang, sama dengan suamiku. Kemaluannya yang menegak keras terlihat berdiri kuat, berkompetisi dgn punyai Bryann. Mereka sama-sama menyaksikan, seperti ingin memperbandingkannya. Tp buatku, punyai Yogi teruslah makin menarik. Walau tangkai suamiku lebih panjang dan besar, entahlah mengapa saya justru melihat langsung ke arah selangkangan Yogi. Hal yang sama dilaksanakan oleh Ratih yang terus mencuri-curi pandang ke k0ntol Bryann. Mungkin sdh perasaan manusia, tertarik dengan barang seseorang.
“Sayang?” suamiku panggil, minta hukumannya.
“Ah, i-iya.” saya tersadarkan, cepat saya berpikir; tidak hebat jika kusuruh dia melepaskan pakaian, menjadi yang terbaik adalah…
“Pergi ke Ratih, diamkan dia menjilat dan mengisap k0ntolmu sesaat.” kataku.
Ratih mendelik, sedangkan Yogi dan suamiku ketawa enteng.
“Hei, ingin balas sakit hati ya?” bertanya Ratih sekalian menyinyir, berpura-pura geram.
Saya menggangguk menyetujui, penuh kemenangan. Rasain! kataku dalam hati.
“Bisa?” bertanya suamiku pada Yogi.
“Silakan,” sahut Yogi rileks.
Ratih tidak bisa menentang kembali. Dgn pasrah iapun buka bibirnya, biarkan k0ntol suamiku melaju masuk menelusuri rongga mulutnya. Saya dan Yogi melihat episode itu tanpa suara. Ingin saya menyikat k0ntol Yogi dan turut mengulumnya -yg saya percaya dia tidak akan sanggup untuk menampiknya- tetapi saya masih ingin meng ikuti ketentuan permainan . Maka selekasnya kubatalkan niatku tersebut.
Dua menit selanjutnya, suamiku mengambil k0ntolnya dan kamipun meneruskan permainan. Berempat, napas kami sdh sama berat. Kuperhatikan k0ntol suamiku yang basah mengkilap oleh air liur Ratih, sedangkan Ratih sendiri berusaha bersihkan lelehan ludah yang membasahi bibirnya. Saya dan Yogi sama-sama berpandangan dan sama-sama tersenyum malu keduanya.
Diperputaran selanjutnya, Yogi yang menang. Saya menjadi deg-degan dibikinnya, menyaksikan senyumannya barusan, kelihatannya hukuman ini kali akan sangat ‘berat’. Dan betul saja, untuk yang pertama saja, dia sdh memerintah suamiku supaya melepas beha Ratih. Tp tidak hanya melepaskan biasa, ini harus dgn semesra mungkin.
“Kira saja Ratih itu istrimu, Bryan!” kata Yogi menerangkan.
Suamiku menggangguk memahami, dia segera geser badannya ke belakang tempat duduk Ratih.
“Maaf ya, izin sesaat.” bisiknya.
Ratih kelihatan pasrah, dia diam saja saat perlahan-lahan suamiku membelai gundukan payudaranya. Bryan meremas dan menekaninya sesaat saat sebelum melepaskan kaitnya yang berdi belakang selang beberapa saat. Demikian beha itu jatuh ke bawah, kelihatanlah buah dada Ratih yang memiliki ukuran besar, yang sangat bundar dan padat sekali. Saat ini benda itu ada dalam tangkupan tangan suamiku sampai saya dan Yogi tidak dapat menyaksikan putingnya karena terhambat jari-jari tangan Bryan.
“Ahh…” Ratih mulai merinding perlahan saat suamiku terus meremas dan membelai gundukan payudara tersebut.
Mulutnya sedikit terbuka, sedangkan matanya terpejam dan erangan kecil terus keluar bibirnya yang tipis. Saya dapat menyaksikan jika celana dalam Ratih jg sdh betul-betul basah.
“O-oke, cukup!” kata Yogi mencengangkan. Suamiku terlihat sedih, demikian jg dgn Ratih yang kepuasannya terputus. Tp memang hukuman harus diteruskan lagi. Puting Ratih kelihatan benar-benar tegak saat suamiku melepaskan pegangan tangannya.
Untuk hukuman ke-2 , Yogi menjelaskan jika dia akan melepaskan celanaku dgn tangannya sendiri. Sesudah apa yang dilaksanakan Bryann pada Ratih, saya menjadi tidak dapat menampik keinginan tersebut. Karena itu jadilah saya duduk mengangkang menghadap Yogi, yang pelan-pelan menyisipkan tangan dan menarik celana tidurku turun dari lingkaran bokong.
Sekalian melepaskan, dia sudah pasti manfaatkan peluang itu untuk sentuh enteng belahan memekku yang tetap tertutup celana dalam. Tp karena benar-benar tipis dan jg sdh demikian basah, dia menjadi seperti menggenggamnya langsung. Dgn gampang Yogi menjepit bibir memekku dan kumpulkan juice kemaluanku di satu tempat, lantas diperasnya perlahan-lahan sampai saya menggeliat enteng karena kegelian. Suamiku memperhatikan semua itu sekalian meremas-remas kemaluannya sendiri, sedangkan di sebelahku, Ratih lakukan hal yang tidak berbeda jauh.
“Uhh…” saya menghela napas lega saat hukuman itu berakhir. Permainan juga kami teruskan kembali.
Ratih memenangi perputaran ini kali. Dgn tertawa-tawa dia minta ke Yogi dan suamiku supaya duduk pada tempat tidur.
“Saya ingin mencicip k0ntol kalian, masing-masing 6x.” ucapnya sekalian mulai mencium dan mengulumnya. Sesudah 6x jilatan, dia selanjutnya stop dan berpindah kepadaku.
“Dan untukmu, Manis,” ia berbicara.
“Membuka memekmu lebar-lebar dan diamkan suami-suami kita menjilat-jilatinya.”
Aku juga tidak bisa menentang. Selekasnya kubuka kakiku dan kubiarkan Yogi dan suamiku menjilat-jilatinya berganti-gantian. Yogi yang pertama mendapatkan giliran; dgn gesit lidahnya membelai lorong memek dan klitorisku. Saat benda itu sdh makin basah, datang gantian suamiku. Jilatannya yang demikian sedap nyaris mengantarku ke arah pucuk kepuasan. Tp untung Ratih segera menghentikannya.
Tersengal-sengal penuh gairah, kami berempat, dua pasang suami istri yang sdh sama ingin dan horny, meneruskan permainan.
Ini kali gantian suamiku yang menang. Dia memerintah saya dan Ratih supaya bertumpu di pinggir tempat tidur.
“Gi, kamu mainkan payudara istrimu, sedangkan saya mengisap memek istriku. Sesudah menit, kelak kita mengganti posisi.” kata suamiku.
Yogi dgn suka hati melakukan, dan kami… dgn suka hati menerimanya.
Yogi kelihatan gaungs dan penuh gairah waktu menggeraygi payuadara bundar punya Ratih, sedangkan suamiku dgn pintarnya menjilat-jilati klitorisku, menarik lagi nafsuku yang barusan sebelumnya sempat terputus. Saat saya sdh nyaris sampai, mereka ganti posisi; saat ini Yogi yang menjilat-jilati klitorisku, sedangkan Bryann mengolah gundukan payudara Ratih. Kusaksikan dia memilin dan mengelitik salah satunya putingnya, sekalian menjilat-jilati yang yang lain, sedangkan di bawah, hidung dan mulut Yogi terus ada dan bermain di lorong memekku. Saya tidak kuat, nafsuku meletus selang beberapa saat. Cairanku mengucur cepat membasahi mulut Yogi. Ratih yang menyaksikannya menjadi ingin, iapun punya niat untuk melepaskan celana dalamnya, tp suamiku segera menghentikannya.
“Masih tetap gunakan celanamu!” dia memerintah.
Saya yang lemas, terang perlu istirahat. Yogi kelihatannya tahu itu karena dia segera hentikan jilatannya. Cuma tangannya yang bergerak untuk menekani gundukan payudaraku. Semestinya itu tidak bisa karena itu tidak ada pada perintah, tp saya terlampau capek untuk mempersoalkannya. Lagian, suamiku nampaknya jg tidak berkeberatan, menjadi aku juga diam. Justru kunikmati tindakan Yogi itu untuk mengantarkan beberapa sisa orgasmeku yang masih kadang-kadang menerpa.
Bryan memerintah Ratih untuk ambil minum. Ratih tuangkan air dingin dari kulkas buat kami berempat. Sekalian meneguk, kami sama-sama berpandangan, dan sama-sama tersenyum penuh pemahaman dgn keadaan yang benar-benar aneh ini. Dari semuanya orang, cuma Ratih yang bisa disebutkan ‘berpakaian’ walau celana dalamnya saat ini sdh merosot 1/2 paha, menunjukkan sedikit tempat gelap yang tercukur rapi di selangkangannya. Sedang saya, Yogi dan suamiku sdh betul-betul telanjang bundar seperti bayi!
Saya berbicara,
“Kita teruskan atau bagaimana?” tanyaku dgn napas tetap tersengal-sengal.
Jika saja mereka ajak untuk orgy saat ini, saya tidak akan menampik.
Tp Yogi sdh menyahut lebih dulu.
“Sudah pasti,” Dia melepas badanku dan membagi lagi kartu. Kamipun kembali duduk melingkar, melanjutkan permainan.
Tanpa diduga, saya yang menang. Selekasnya kuminta Yogi dan suamiku untuk berdiri.
“Ratih, kita jilati punyai mereka, tp kita ganti pasangan. Kamu ingin?” tanyaku pada Ratih. Wanita itu langsung menggangguk menyetujui.
Saya bertandang ke Yogi, sedangkan Ratih bertandang ke suamiku. Pelan-pelan kami mulai menjilat-jilati kemaluan mereka dengan bersama. K0ntol Yogi berasa jadi membesar penuh dalam mulutku, berwarna menjadi berbeda merah kecoklat-coklatan, pembuluh darah yang melingkar-lingkar di batangnya kelihatan lebih terang dari yang sebelumnya pernah kusaksikan. Yang kupikirkan saat ini adalah; begitu saya ingin kemaluan itu masuk ke dalam saat memekku, meniduriku, memberikan kepuasanku. Tp otak ada di belakang kepalaku larang, saya terus dengar,
“Belum, belum. Nantikan saat yang pas!”
Kulirik samping, kelihatannya Ratih jg rasakan hal yang sama; sekalian menjilat, dia jg meremas-remas payudaranya, bahkan juga seringkali mengelus dan menusuk-nusuk lubang memeknya. Dia masturbasi!
Kondisi yang sama kusaksikan dalam diri Yogi dan suamiku. Jilatan kami ternyata sangat nikmat sampai membuat mereka nyaris orgasme. Kami semua demikian dekat, demikian riil. Tp saya segera menarik semuanya orang kembali ke permainan.
Perputaran selanjutnya, Ratih menang. Tidak dapat dihindari, iapun selekasnya mintacoitus. Tp sudah pasti dgn triknya sendiri.
“Ok, ini ketentuannya…” Ratih ambil empat jack dari setumpukan kartu dan mengocak mereka sesaat, lantas menempatkan kartu-kartu itu dengan kebalik pada tempat tidur.
“Jack Hitam bermakna wanita akan disikat di bokong. Jack Merah bermakna memek. Wanita dan pria dgn warna yang pas bermain bersama sepanjang 1 menit, dan kita terus akan mengulangnya sampai semuanya orang memperoleh orgasmenya. ”
“Ok, apapun itu ketentuannya, saya sdh siap sekarang ini. Sebagai pemilih pertama, saya mendapatkan warna hitam. Tidak apapun, karena saya jg sukai anal sex. Yang menjadi pertanyaan adalah; k0ntol siapa yang akan tembus bokongku?”
Suamiku menarik kartunya; berwarna hitam. Dia yang jadi partnerku. Saya sedikit sedih karena sebelumnya sempat mengharap Yogi lah yang akan meniduriku. Tp tidak apalah, toh masih tetap ada peluang ke-2 .
Yogi dan Ratih melihat tidak berkedip-kedip saat Bryann berubah untuk menyesuaikan diri ada di belakang badanku yang sekarang sdh menungging pasrah. K0ntolnya yang panjang dan besar pelan-pelan melaju ke lubang bokongku. Kami mulai bercinta. Di samping, cuma memiliki jarak sejengkal, kusaksikan Yogi mulai tiduran terlentang pada tempat tidur dgn Ratih duduk mengangkang di atas pangkuannya, dan perlahan-lahan, wanita itu bergerak turun naik saat k0ntol besar si suami sdh menancap halus dalam lubang kemaluannya. Kusaksikan suamiku melihat payudara Ratih yang bergoyang-goyang cantik saat wanita mulai memacu badan sintalnya.
Semenit berakhir demikian cepat. Suamiku selekasnya hentikan pergerakannya, demikian jg dgn Ratih. Dari kami berempat, tidak ada yang orgasme, karena itu kami juga pilih kartu kembali.
Ini kali Ratih dan suamiku menarik warna merah, sedangkan Yogi dan saya warna hitam. Saya tersenyum senang. Segera saya menempatkan diri, menungging seperti barusan. Lubang bokongku berasa penuh kembali, tp ini kali oleh k0ntol besar Yogi. Di samping, suamiku jg mulai meniduri Ratih. Dia tindih badan wanita elok itu dan sekalian meremas-remas gundukan payudara Ratih, dia pacu lorong memeknya yang hangat dan kuat.
Saya merasa begitu nikmat, tp saya tidak mungkin orgasme dari doggie model. Saya harus ditusuk di kemaluan jika ingin jemput rasa nikmat tersebut. Dan itu yang dirasakan oleh Ratih, ditusuk 2x di memek dalam kurun waktu yang nyaris bersama -meski dgn k0ntol yang berbeda- membuat ia melayg demikian cepat, dan pada akhirnya menjerit perlahan selang beberapa saat. Wanita itu orgasme!
Demikian jg dgn Yogi; rasakan capitan anusku yang demikian sempit dan ketat membuat ia mendengus-dengus liar. Dapat kurasakan dia percepat tusukannya dalam bokongku, dan pada akhirnya meletus dgn kejang-kejang kecil saat cairan spermanya menyemburkan keluar, penuhi lubang belakangku. Lemas kenikmatan, Yogi rebah di atas badanku. Dia merengkuhku demikian kuat sekalian menciumi pipi dan leherku, sedangkan tangannya melingkar di gundukan payudaraku yang menggantung cantik dan meremas-remasnya perlahan.
Di samping, suamiku susul tidak alam selanjutnya. Dia menyembur spermanya yang kental dalam lorong memek Ratih.
Apes! saya mencaci-maki dalam hati. Mengapa saya ditinggalkan? Tidak tahukah mereka jika gairahku belum tercukupi, dan memekku masih ingin lebih…
“A-aku belum juga!” saya berbicara dgn suara keras, ke siapa pun yang dapat dengarnya.
“Nantikan sesaat,” sahut Ratih sekalian bermain dgn kemaluan suamiku. Dia berusaha menjilat dan mengisapnya untuk menggugah lagi benda tersebut.
Yogi turut gabung dgn meraba-raba lorong memekku. Ia menyeka klitorisku dgn halus sekalian membelai bibir memekku berulang-kali. Memang berasa nikmat, tp masih tidak cukup. Menyaksikan upayanya yang tidak demikian bawa hasil, Yogi mengganti menempatkan mulutnya di atas gundukan memekku dan memulai mengisapnya rakus. Simak juga: Bacaan Seks Ngentot Perawatan Sex Janda Muda
Di lain sisi tempat tidur, kusaksikan suamiku sdh keras kembali, Ratih sukses menggugahnya. Hore!!!
Selekasnya kutarik ia dan kuminta supaya selekasnya memasukiku. Rasanya seperti mendapatkan satu gelas air sesudah beberapa hari kehausan saat k0ntol besar suamiku bergerak lagi masuk-keluar di lorong memekku. Yogi yang menyaksikannya, sesudah mengecup perlahan pipiku, pergi meninggalkanku; dia berpindah ke istrinya sendiri yang sekarang jg mulai ingin kembali. Sekarang kami bermain dgn pasangan resmi masing-masing.
Tidak lama, aku juga orgasme. Cairanku membanjir membasahi sprei kamar hotel. Di samping, Ratih jg mengeluh keras saat jemput orgasmenya yang ke-2 . Sementara Yogi dan suamiku, yang belum sama keluar, tukar pandang penuh makna. Dan seperti sdh dapat diterka, mereka juga sama-sama mengganti pasangan; saya ditiduri lagi oleh Yogi, sedangkan suamiku menindih lagi badan molek Ratih.
Jam sdh memperlihatkan jam 03.00 pagi saat kami akhiri permainan tersebut. Sdh tidak terhitung berapakah kali saya orgasme, demikian jg dgn Ratih. Yang dapat kuingat hanya Yogi yang menyemprotkan 3x di atas badanku; satu di anus dan dua di memek. Sementara suamiku, 4x isi kandungan Ratih dgn benih hidupnya.
Kecapekan, kami tertidur pulas; entahlah siapa merengkuh siapa. Yang terang, kami sama senang, dan kemungkinan mengulang kembali saat bangun keesokan hari.