cersex annisa cersex anal mama cersex dengan ibu mertua cersex hot terbaru cersex download cersex xnxx

Cerita Sex Diperkosa Saat Sedang Tertidur

lima bulan mbak Juminten layani keperluanku secara baik, walau cukup pendiam dan bisa dibuktikan kami jarang-jarang bertemu terkecuali diakhir minggu. Upah yang saya share sebenarnya di atas pasaran, ttp mungkin karena besarnya keperluan beliau kadang-kadang pinjam uang dariku. Beberapa akhir mbak Juminten pinjam uang lebih besar dibanding umumnya, sehabis saya bertanya dgn detil pada akhirnya dianya mengaku sudah terjerat rentenir imbas kebiasanya beli togel dan arisan.

Cersex Pemerkosaan – Tidak mengerankan, cuma beragam bulan berakhir mbak Juminten sudah pinjam uangku lebih dari 2 jt, dan pada upayanya pinjam terkini saya menampiknya secara lembut.
Pagi itu dianya benar-benar ragu dan cemas, dengan teteskan air mata beliau coba terus meminta untuk memberikannya utang lebih kurang 1,5 jt untuk tutupi tuntutan utang dari agen judi togel di dusun.
Saya menampik lagi dengan tegas, dan mbak juminten terus terisak.
Saya memerhatikan wanita separuh baya ini dgn tepat, mukanya seperti ktidak sedikitan wanita jawa umumnya,tidak elok tp saya mengakui masih tetap berkesan lebih muda dari umurnya. Dan sebenarnya sepanjang ini saya kadang-kadang melihat badan bawahnya yang msh kuat dan bahenol walau pikiran kotorku tidak mengambil langkah lebih jauh.
Tadi malam, saya dan beragam temanku sebelumnya pernah main-main menonton film blue sekalian makan sate kambing dari warung makan Pak Kirun di ujung dusun dan minum beragam botol anker bir.
Pagi itu berasa akumulasinya. Kesadaranku belum demikian sembuh.
Saya coba menepiskan pikiran itu, bagaimana juga itu bukan diriku yang sebenarnya. Mbak Juminten jauh dari tipe wanita yang saya harapkan. Ditambah saya takut dengan imbas yang barangkali terjadi. Bagaimana jika masa datang kenekatanku akan kembali jadi musibah untuk diriku dan karier.
Pikiranku masih tetap silih ganti di antara pemikiran kotor dan sehat. Mbak Juminten masih tetap duduk bertimpuh di depanku sekalian meluluhkan air mata. Ruang jadi sunyi. Well, saya mustahil sampai hati menampik permintaanya, tetapi minimal dianya wajib belajar untuk berpikir panjang.
“Jangan duduk di lantai mbak, dikursi saja, saya menjadi tidak sedap” saya memulai berbicara.
“Nggih Den..”
Ia bangun untuk berdiri,sisi bawah pada daster kusam itu sedikit terkuak saat dianya berdiri, ada tahapan yang tidak menyengaja tersangkut pada benjolan kepala peniti pada kancing terikuthnya,beberapa pahanya yang lebih besar dan lututnya tersingkap di depanku beragam detik. Buru2 dianya hebatnya kebawah demikian tersadarkan. Pikiranku kembali kacau-balau.
“Hmm…bingung saya mbak..”Jawabku, kepalaku masih tetap berasa pusing hasil minum-minum tadi malam, saya menekan sisi kiri kepalaku.
“Mengapa den, pusing?” Bertanya mbak Juminten.
“Iyah, semalem bergadang sm kawan-kawan..” Jawabku.
“Mbak ambilin aer putih sesaat..”Serunya sekalian selekasnya berakhir ke dapur.
Sekelebat saya masih tetap sebelumnya pernah menyaksikannya mengambil langkah perlahan, setan semakin kuat permainkan pikiranku. Bongkahan bokong itu bergoyang2 dibalik daster, mungkin baju dalamnya sdh sempit, dan bayang-bayang berkenaan pahanya yang td sebelumnya pernah berkesan itu semakin mengusikku.
“Terima kasih mbak” ujarku saat terima satu gelas air putih dan meminum perlahan-lahan.
Mbak Juminten masih tetap berdiri di depanku, menunggukanku usai minum. Saya menyumpahinya dalam hati, menyaksikan badannya lebih dekat seperti itu pikiranku semakin tersuruk.
“Duduk saja mbak, rileks saja, kami bicarain dengan tenang ” ujarku.
“Iya den..” Jawabannya perlahan.
“Tidak cukup banyak mbak mo minjem begitu?, terang-terangan saya berkeberatan, sepertinya yang kemaren2 sudah cukup..” Ujarku memulai lagi perbincangan.
“Sebenernya hutangnya sejuta incar ratus den, tetapi mbak nambain pakai simpenan di rumah, tolong sekali den, mbak sebenernya malu sekali tp terpaksa..”Jawabannya dengan suara lirih.
“Aduh..”Jawabku terputus.
Saya kembali termenung, kepalaku masih tetap berasa pusing. Saya melihat panorama luar dari jendela. Sebenarnya tidak menjadi masalah untuk masalah jumlah uangnya, hanya sisi gelapku masih tetap coba memberikan keyakinanku untuk ambil kesempatan.
Mbak Juminten melihat ke lantai, pikiranya masih tetap kalut. Dianya menunggu jawabanku dengan patah semangat. Saya pada akhirnya berserah, biarkanlah, ini untuk terkini saya menolongnya, dan mengharap dianya selekasnya pulang agar suatu hal yang terkurang baik tidak ada pagi hari ini.
“Okay mbak, sebenarnya ini berat untuk saya..” Ujarku.
“Mbak ikhlas ngelakuin apa saja den agar den yakin mbak ingin balikkan uangnya..”Sergahnya.
“Apa saja..” Aduh, kata2 itu benar-benar mengelitik benakku. Wanita bodoh, seruku dalam hati.
“Ngelakuin apa saja tujuannya apa nih mbak..”Tanyaku sekalian tersenyum.
“Apa saja yang den agus meminta mbak kerjain..”Jawabannya polos.
“Selainnya masalah rumah bisa dibuktikan apalagi yang dapat mbak kasih ke saya?” Kalimatku mulai menjerat.
“Hehe..apa saja den..” Jawabannya sekalian tersipu.
“Mbak..mbak..hati2 klo bicara..”Saya menghela napas meredam pergolakan batin.
“Tujuannya apa den..”Tanyanya bingung.
“Saya ini laki2 mbak, nantinya kalau saya meminta macem2 bagaimana..”Lanjutku mulai berani.
“Mbak tidak memahami den..” Mukanya masih tetap kebingungan.
“Yaa tidak perlu kebingungan, ucapnya ingin ngelakuin apa saja..”Godaku.
“Yaa sebutkan saja den, nantinya mbak upayakan kalau bisa dibuktikan cukup berat dikerjain..”Jawabannya.
“Walah..mbak..mbak..yaa sudah saya mengambil uangnya sesaat, tetapi janji yah dikembaliin secepat-cepatnya”saya berusaha mengakhiri pembicaraan ini.
“Terima kasih den..terima kasih sekali..”Jawabannya lega.
“Tetapi emangnya den Agus barusan ingin bicara apa,mungkin mbak dapat tolong?”Sambungnya.
Saya yang tengah jalan ke arah kamar berhenti, ini hari pikiranku sudah tidak termonitor kembali, kalimat itu seperti akan meletus keluar mulutku.
Saya membalikan tubuh, melihatnya dengan tidak jarangai aneh.
“Mbak percaya ingin nuselalu apa saja tekad saya?”Sergahku.
“Iya den, bicara saja..”Jawabannya.
Dasar wanita bego ujarku dalam hati.
” Saya ingin mbak masuk ke dalam kamar saya..”Kalimat seterusnya seperti tercekat ditenggorokan.
“Terus Den?” Tanyanya ingin tahu.
” Mbak temanin saya tidur..”Ucapanku terasanya melayang-layang diudara, jantungku berdegap kuat.
Mukanya langsung terkejut dan kebingungan. Saya tahu dianya pasti akan bereaksi seperti itu, tetapi kelirunya sendiri. Saya sudah berusaha keras untuk meredam diriku untuk tidak punya niat aneh pada dianya tetapi kesadaranku belum penuh untuk menantang kegilaan ini.
“Tujuannya..tujuannya apa den..mbak kok menjadi takut..”Mukanya mulai memucat.
“Iya temanin saya di tempat tidur, saya kembali ingin gituan sama perempuan sekarang ini..”Jawabku, saya tahu mukaku memeras.
“Mmm…tapi..tetapi itu kan mustahil den..”Katanya dengan suara perlahan.
“Mungkin saja kalau itu ketentuannya mbak ingin pinjem uang..”Jawabku.
Ruang kembali sunyi, mbak Juminten menunduk, memegang ke-2 tanganya dengan resah. Ada rasa sesal sudah ucapkan kalimat barusan, tetapi sudah telanjur. Saya sudah mustahil hebatnya, sekarang agar sisi gelapku yang melakukan tindakan.
“Bagaimana mbak?” Tanyaku sekalian kembali duduk dikursiku.
“Tetapi itu mustahil Den..tidak mungkin..mbak bukan wanita kaya begitu..” Jawabannya, suaranya kembali lirih.
“Hhhh…” Saya menghela napas berat.
Mbak Juminten mukanya kembali murung, matanya melihat ke luar pintu, kosong, sperti memutar otak.
“Mbak tidak sangka kok aden dapat2nya meminta yang kaya begitu..mbak ini sdh tua..tidak pantes..”
Saya diam beragam saat. Ada rasa kemarahan tanpa argument bermain dibenakku.
“Tersebut lelaki mbak..” Cuma itu kalimat yang bisa melaju dari mulutku.
Ia mungkin rugi sudah mengucapkan kata2 yang barusan memancing kenekatanku. Tetapi kondisinya sudah terjepit, wanita lain mungkin akan membentaku dan selekasnya pergi menjauh, sedangkan mbak Juminten tidak punyai pilihan lain.
“Saat ini terserah mbak, saya tetep kasih uang yang mbak meminta, kalau mbak ingin menuhin tekad saya okay, tidak silakan..”Jawabku perlahan sekalian mengambil langkah ke kamar.
Saya kembali lagi ke ruangan tamu dengan beberapa uang ditangan. Saya meletakanya perlahan di meja kecil di depannya. Mukanya masih tetap berkesan tegang, dianya cuma melihat sesaat ke meja selanjutnya lagi terbenam dalam pikiranya.
Kami kembali sama2 membisu. Kadang-kadang saya melihatnya, dianya mengetahui tengah jadi perhatian olehku.
“Den…apa aden percaya …?” Tiba2 dianya berkata.
“Sebenarnya saya tidak sampai hati mbak, tetapi entahlah..itu yang ada pada otak saya sekarang ini..terserah mbak de..”Jawabku dengan tenang.
Matanya berkaca2 melihat langit2 ruang, hatiya pasti tertekan. Dianya lagi termenung.
“Hmmmm…baiklah Den..mbak tidak tahu kembali mo bicara apa, alias wajib kaya mana sekarang ini..kalau itu penginnya aden..terserahlah..jujur saja mbak teh takut sekali..mbak bukan prempuan begitu den..mbak bisa dibuktikan janda..tetapi bukan..”
“Telahlah mbak, klo bisa dibuktikan siap, skarang saya nantikan di dalam kamar, kalau berkeberatan, silakan mengambil uangnya dan selekasnya pulang..”Ujarku tegas, selanjutnya saya bangun berdiri dan mengambil langkah ke kamar.
Saya menggeletakkan badanku di atas kasur, trus jelas aku juga diterpa ketakutan.Saya sedang diterpa nafsu, tetapi was2 dengan kemungkinan buruk yang barangkali terjadi.
Perlu beragam menit menunggu, pintu kamarku yang bisa dibuktikan tidak terkunci perlahan2 bergerak terbuka. Mbak Juminten mengambil langkah masuk sekalian menunduk, berkesan benar-benar kikuk.
Ia berdiri melihatku dari sisi tempat tidur, pandanganya penuh makna. Well, kalau saja saya tidak telanjur berpikir cabul mungkin saya selekasnya berlari keluar kamar, saya rasakan takut yang sama seperti yang dirasakan mbak Juminten.
Tetapi saya berusaha tenang, saya bangun dan duduk di tepi kasur.
“Mbak percaya ingin ngelakuin ini”?tanyaku.
“Hhh..saat ini smuanya terserah aden saja..”Jawabannya pasrah.
Saya melihatnya lekat-lekat, pandanganku mencari semua badannya, seperti ingin menelannya nasib2.
Tangan kananku raih jari kiri tanganya. Saya menggenggamnya perlahan, jari itu berasa dingin dan gemetaran.
Bisa dibuktikan sudah wajib peristiwaya seperti ini, apalagi yang saya nantikan ujarku dalam hati. Semakin cepat semakin baik, setan itu membisiki terus-menerus.
Saya hebat tangan itu agar badannya merapat. Niatku awalnya ingin merengkuhnya lebih dulu, tetapi gairahku sudah tidak tertahan. Saya selekasnya melanjutkan dorongan badannya yang sempoyong terhempas ke atas kasur.
Demikian dianya terhenyak di sampingku, saya segera menangkapnya, menekannya di bawah badanku dan kecupanku langsung landing dibibirnya.
Saya tidak memberbagiya waktu untuk berpikiran, saya melumat2 bibirnya, menciumi secara kasar lehernya dan trus bergerak menelusuri tahapan dadanya.
Napasnya tersengal, muka itu masih tetap terkejut2 sama apa yang sedang saya lakukan. Jariku selekasnya berlaga, saya menyentuh bongkahan pahanya dibawahku, daster itu sudah terkuak ke atas.

Baca Juga:   CERITA SEX HOT SETELAH DUGEM

Saya seperti kesetanan menciumi pahanya yang besar, mengecup berkali2 selangkanganya dan jari tanganku yang lain langsung meremas buah dadanya. Pergerakanku cepat keburu gairah.
Sesaat saja semua badannya sudah ku sentuh. Saya masih tetap menciuminya brutal. Selang beberapa saat saya bergerak cepat buka lepas bajuya.
“Den..jangan den..sudaah..” Serunya saat saya menciuminya lagi,cuma hanya bra dan celana dalamnya yang sisa tutupi badannya. Sambil ke-2 tanganya berusaha menggerakkan badanku.
Saya tidak mempedulikan perlawananya. Saya menempati perutnya sekalian ke-2 tanganku bergerak melepaskan bajuku.
Napasku mengincar, yang keluar mulutku hanya desahan penuh gairah angkara murka. Wanita ini semakin ketakutan melihatku.
Selanjutnya saya bangun berdiri di atasnya. Ke-2 tanganku bergerak cepat melepaskan celana singkat dan celana dalamku. Mbak Juminten menangis.
Saya tidak peduli kembali, kejantananku sudah berdiri mengacungkan di atasnya, mbak Juminten semakin cemas melihatku. Jariku bergerak2 mengocak2 cepat tangkai penisku menjadi terus keras berdiri, matanya terpejam basah.

“Den..telahlah den…jangan..telahlah..mbak tidak menjadi pinjem uang..sudaaah..”Jeritnya saat saya menempati lagi perutnya. Dianya berusaha meronta tetapi ke-2 tanganku dengan kuat meredam tanganya pada ke-2 sisi bantal.
“Sudah terlambat mbak” Suaraku tergetar membentaknya.
Saya memaksakan ke-2 paha sekel tersebut terbuka, dianya masih tetap berusaha menutupnya rapat. Kami bergumul beragam saat, demikian ada lubang saya selekasnya menekan kuat selangkanganku dalam capitan pinggul mbak Juminten.
Dengan pergerakan kasar saya hebat ke samping paha kirinya. Tanganku segera bergerak membimbing penisku ke vaginanya.

Saya sebelumnya pernah salah memposisikanya, dorongan penisku menggesek keluar di permukaan kemaluanya. Pada eksperimen ke-2 kepala penis itu langsung menyerang masuk.
Mbak Juminten menjerit terperikan oleh merasa sakit..Mukanya meringis,matanya menyipit meredam perih diselangkanganya. Dianya benar-benar kaget saat benda itu menerobos masuk.
“Ahhh…shhh…oohhh..” Desahku,berasa nikmat menyebar melalui kejantananku sampai naik ke otak, saya seperti kebakar. Menyaksikan kemaluan mbak Juminten yang dengan bulu lebat membuatku semakin bergairah. Badan kami masih tetap termenung kaku beragam saat.
Saya sedikit hebat penisku dan menusuknya lagi dalam, mbak Juminten kembali terselak,urat lehernya menegang, matanya melihat ke selangkangan, lelehan air mata itu masih tetap mengucur dipipinya.
Saya mengulangnya lagi, ini hari saya mendorongnya lebih keras. Mbak Juminten semakin jadi tangisnya.
“Ouhh..huuhuu..huhuu..deen..sudah denn…sudaaah..” Rintihnya sekalian menggenggam bahuku keras.

….Seterusnya saya lupa diri, saya meliuk2 menyikat selangkanganya. Penuh tenaga, lama-lama semakin cepat pergerakanku. Bunyi derit tempat tidur kayu itu tingkatkan hebat situasi.
Wanita ini bertubuh yang cukup menarik. Walau sudah berusia tetapi kulitnya masih tetap kuat, pantatnya tebal dan bahenol. Pahanya yang besar itu mulus walau tidak putih, memutari pinggulku.
Saya brutal menghempaskan2 badannya di bawahku. Mbak Juminten sudah stop menangis, matanya terpejam, cuma kedengar suara napasnya yang terputus2, buah dadanya bergoyang2 meng ikuti pergerakanku. Wanita ini sudah pasrah sama apa yang tengah terjadi.

Bahkan juga saat saya mengganti posisi, bawa ke-2 pahanya ke atas, meredamya bergantung pada udara dengan ke-2 lenganku,kembali penisku tenggelam,mbak Juminten cuma diam. Hujamanku semakin bebas dan saat menjajah vaginanya yang tersingkap lebar.
“.. Plok..plok..plok..” Suara gesekan selangkangan itu kedengar terang ditelingaku.
Kemaluan mbak Juminten yang basah semakin menghangatkan tangkai penisku di dalamnya. Sebentar kembali saya sudah tidak kuat meredam tekanan, saya seperti kesetanan memacunya. Mbak Juminten seperti memahami apa yang akan selekasnya terjadi.
“Den..tolong.. jgn keluarin di dalam den..tolongg…” Serunya meminta dengan suara gemetaran.
Saya tidak menjawab, saya sedang konsentrasi ingin menyelesaikan aksiku. Sedikit kembali akan sampai.

Mbak Juminten memekik menyebutkan namaku saat tusukanku tiba2 stop, badanku tengah meregang.
“Deenn..cabut deen…” Serunya cemas sekalian menekan perutku ke belakang.
Saluran sperma itu bergerak naik dekati pangkal penisku, jariku sudah kuat mencengkeram sprei. Untung saya masih tetap sebelumnya pernah hebat tangkai penisku keluar dan pas sedetik selanjutnya semburan pertama kalinya melonjak keluar.
“Ahhhhh…sshhhhhh…mbaaak…aduuhhhh…..” Jeritku cemas.
Belasan kali cairan hangat itu menghajar beberapa perut mbak Juminten. Saya terkena kepuasan hebat, mataku terpejam beragam saat sampai pada akhirnya semua selesai.

Mbak Juminten menyaksikan proses akhir barusan dengan tepat, dianya memerhatikan mukaku yang meregang, matanya was2 menyaksikan penisku memuntahkan cairan kental itu melumuri perutnya.
“Sudah den..sudah senang ?” Katanya beragam saat saat saya masih tetap tersengal diam di atasnya, air mata itu mengucur lagi dari tepi pipinya.Kalimat itu terasanya menamparku.
Rasa penyesalan perlahan2 merayap. My gosh, saya barusan mencemari wanita ini. Bagaimanakah mungkin sampai saya dapat sebejat tersebut.
“Maafkan saya mbak..saya benar-benar khilaf..” Jawabku kebingungan.
Saya beringsut undur, mengambil semua bajuku, mengambil langkah ke kamar dan meninggalkanya terbujur di tempat tidur.
Saya melepaskan kekusutan pikiranku dengan mengisap sebatang rokok di ruangan tamu. Mudah2an mbak Juminten tidak memperkarakanku, menganggap usai cuma di sini. Saya menepuk2 keningku rugii ketidaktahuanku.
Mbak Juminten keluar kamar beragam menit selanjutnya. Matanya sembab, dianya duduk di atas bangku di sampingku, tanpa berbicara. Situasi sunyi, saya tidak berani melihatnya alias memulai perbincangan.

“Ini uangnya saya mengambil den, nantinya diusahain dikembaliin kok..” Katanya perlahan, suaranya berat,hidungnya seperti mampet cairan.
“Iya mbak, tidak perlu dipikirin masalah kembalianya..dan..maaf masalah yang barusan..”Jawabku tanpa melihat padanya.
“Tidak papah den..tidak papah..”Jawabannya, tangisnya kembali pecah sedetik selanjutnya, pundaknya terbuncang-guncang, saya cuma bisa termenung.
“Satu kali lagi maaf mbak..”
Ia menggangguk perlahan sekalian merunduk,tetes2 air mata itu masih tetap berguguran dipangkuanya. Saya raih uang itu, melipatnya,selanjutnya memasukanya ke kantung dasternya.
Jariku sentuh pangkal tangannya, menepuknya perlahan selanjutnya tanpa berbicara saya mengambil langkah masuk ke dalam kamar sekalian tutup pintu. Saya tidak sanggup kembali menyaksikan wanita itu menangis. Saya terbujur,capek berasa, pinggangku ngilu.
Saya menyaksikan Jam pada dinding, jam 2 siang, saya mungkin sudah tertidur lebih dari 2 jam. Perutku benar-benar lapar, saya mengambil langkah keluar kamar. Mbak Juminten mungkin sudah lama pulang. Saya diterpa lagi pikiran buruk. Sakit hatikah dianya padaku, barangkali tiba2 orang sekampung muncul mendatangiku dengan dakwaan cabul atas laporan darinya. Hhhh..terjadi, yang nantinya masalah kelak.

Baca Juga:   Cerita Sex Gairah Nafsu Gila Ibu Rumah Tangga Berjilbab

Saya pergi kerja cukup terlambat esok harinya, saya menyengaja menunggu mbak Juminten tiba, pastikan jika kekawatiranku tidak ada. Jam 8 mbak Juminten datang, hatiku tidak karuan saat dianya buka pintu depan.
“Loh belum kerja den?” Tanyanya, muka itu berkesan datar, justru ada senyum kecil menghiasi bibirnya.
“Ini dah ingin jalan mbak, menyengaja tunggu mbak dateng..”Jawabku berusaha tenang.
“Hehe..mengapa, takut saya tidak akan dateng kembali ya?” Tertawanya membuatku lega.
“Iya mbak..takut saja, …mm..”
“Mm.. Apa den..?” Sambungnya sekalian masih tetap berdiri di depanku.
“Maaf yang kmaren mbak…”Jawabku.
“…..ya tidak papah den…mmm..yo wis..lupain saja..” Serunya, dianya mengambil langkah ke dapur tanpa menunggu reaksiku seterusnya.
Yah telahlah, yang terang tidak akan ada masalah, dianya sudah terima tindakanku tempo hari. Saya selekasnya berakhir ke arah kantor.

Beberapa hari seterusnya jalan normal, kami cuma bertemu diakhir minggu, tidak ada ulasan kembali masalah kejadian tersebut. Mbak Juminten masih tetap meperbuat pekerjaanya secara baik. Kami cuma kadang-kadang mengobrol basa basi.
Bacaan Seks 2023 dari Setubuhian Jadi Perselingkuhan
Sebulan berakhir, saya mulai lupakan kejadian tersebut. Pekerjaanku semakin cukup banyak dekati tahun akhir. Saya semakin seringkali habiskan waktu di luar bersama teman2 diakhir minggu.
Sampai pada sebuahpagi pada hari sabtu saya tersadarkan dan terjerat dalam lamunan berkenaan mbak Juminten. Malam itu saya mimpi erotis, dengan mbak Juminten, cairan sperma itu beberapa sudah jadi kering penuhi celana dalamku.
Dalam mimpi itu saya menjamah mbak Juminten dari belakang, bongkahan bokong itu terkena terang dalam penglihatanku. Damn it, mengapa faktor ini mengusikku lagi.
Jam 9 pagi, wanita itu sudah tiba seperti umumnya. Saya barusan usai mandi dan tengah siap-siap untuk makan pagi.

” Dah makan pagi mbak? Mari ini saya barusan membeli dua buntel nasi uduknya, satu untuk mbak..” ujarku sekalian tersenyum ramah.
“Terima kasih den..kelak saja, mbak ingin selesai2 cucian baju dahulu..” Jawabannya.
“Rileks saja dahulu..temanin saya makan pagi dahulu..” Ntah mengapa pagi itu saya agresif.
“Nggih den, sesaat mengambil piring dan sendok dahulu..” Jawabannya sambil mengambil langkah ke dapur.
Saya menyaksikan badannya dari belakang, rok merah sepanjang bawah betis itu cukup terang cetak lekukan pinggul, bokong dan pahanya. My gosh, darahku berhembus, mimpi tadi malam membuat hayalanku semakin kronis.
Otaku selekasnya bereaksi, cari jalan singkat, berandai2 andaikan ini hari saya dapat kembali memperdayanya. Saya selekasnya menepiskan pikiran buruk tersebut.
Mbak Juminten sudah kembali, duduk bersebrangan di depanku dan sudah siap-siap untuk makan.
“Bagaimana informasi orang rumah mbak, sehat semua?” Tanyaku basa basi.
“Sehat den…” Jawabannya rileks.

“Anaknya kapan mulainya sekolah mbak, taun depan?”
“Iya den, gagasan taun depan..mdh2an rezekinya lancar..”
“Yaa sepanjang saya di sini tetep saja kerja di sini mbak..klo mbak ingin tambahan, mungkin coba mulai masak katering untuk anak2 sini, kemaren ada diskusi kami di sini masalah tersebut. Pada bosen ucapnya makan masakan luar, lebih boros juga…” Lanjutku.
“Wahh kece tu den..tetapi perlu modal, bunda mertua saya pintar masak..”Jawabannya semangat.
“Mudah masalah modal, nantinya saya pinjemin..klo ingin mulai depan mbak..kelak saya tawarin teman2 saya..”

“Tidak sedap klo dipinjemin terus-terusan, kasian den Agus..” Jawabannya.
“Yaa klo untuk usaha mengapa tidak mbak, sama2 tolong..saya jg nantinya meminta harga potongan harga donk..hehe..” Jawabku.
“Hehe..untuk den Agus gratis saja..lha uangnya kan dari aden jg..”
“Yaa jangan begitu mbak, usaha tetep usaha..”Jawabku.
“Duh saya semakin cukup banyak hutang budi donk den..”Sambungnya.
“Jgn berpikiran begitu..sama-sama tolong lumrah saja mbak..”
“Yo wis, nantinya tidak bilangin sama bunda mertua, dianya pasti senang..”
“Iya mdh2an jalan mbak..semangat yang penting..”Jawabku.

Percakapan pagi itu berasa menggembirakan, spertinya dianya betul2 lupakan kejahatanku saat itu. Saya merasa lega, walau dalam hati saya menginginkan kehangatanya kembali. Pasti nantinya ada jalannya, sabar saja, setan itu membisiki lagi.
Minggu pagi, esok harinya, mbak Juminten tiba bawa anak wanitaya ke rumah.
“Maaf yaa den, sang Rini saya membawa, mbahnya td pagi dijemput ipar saya ke Solo, ingin ada jadwal kawinan sodaranya.”
“Yaa tidak papah mbak, agar dianya dapat maen di sini, hei pa informasi elok..” Seruku sekalian tersenyum ramah pada anaknya.
Bocah itu tersipu dan sembunyi dibalik kaki ibunya.
“Saya ingin jalan dahulu ya mbak, ada jadwal kawinan anak kantor..siang baru pulang..”
“Nggih den….monggo..” Jawabannya.

Saya selekasnya berakhir, mbak Juminten berkesan manis pagi hari ini, rambutnya tergerai ikal menjuntai ke pundak. Gabungan kaos biru dan celana jeans ketatnya itu membuatnya berkesan lebih muda. Well..well..well..kapan kami dapat bisa berdua di dalam kamar mbak, ucapku dalam hati.
Hujan turun dengan lebatnya sesampai saya kembali di dalam rumah. Beberapa baju dan celanaku sudah basah kuyup.
“Waah keujanan den..ini dipakai handuknya dahulu, nantinya mbak buatkan aer panas..”Serunya saat buka pintu.
“Terima kasih mbak..” Saya segera berakhir ke kamar, mengelap kepala dan badanku dengan handuk dan menukar baju.
“Rini ke mana mbak, kok sepi..” Ujarku saat duduk di ruang tamu.
” Baru saja tidur di dalam kamar belakang den..sudah kenyang tidur ia..wah..kencang ya anginya..”Jawabnnya.

“Iya mbak, sudah lama jg tidak ujan..”
“Ini mbak buatkan teh anget pakai jahe den..diminum..” Sambungnya.
” mantep nih..terima kasih mbak..”Jawabku sekalian terima cangkir dari tanganya.
Teh itu tidak kelamaan mengepul, udara dingin perkebunan ini membuatnya selekasnya tidak demikian panas kembali. Udara di luar gelap seperi senja. Angin menimpa atap seng,munculkan suara bising.
“Masih repot mbak, rileks saja dahulu duduk2 di sini..”Ujarku menyaksikannya mondar mandir.
“Iya den, sesaat ingin mindahin air panas ke termos..”Jawabannya.
Tidak lama dianya mendekatiku dengan bawa sepiring biskuit dan teh untuk dianya. Kami belum memulai percakapan. Saya masih tetap repot membalasnya sms teman2ku.
“Mbak bagaimana informasinya, masalah yang dahulu itu sudah usai..” Ujarku memulai perbincangan.

Ia sedikit terganggu dengan pertanyaanku.
“Sudah den..mbak sudah jera tidak ingin kembali maen gituan..tidak ada fungsinya..”Jawabannya.
“Hehe..iya mbak, ngapain jg..dikerjain bandar saja kalau togel sich..”Jawabku tersenyum.
“Uangnya nantinya pelan2 mbak angsur yaa den..maaf..”Sambungnya.
“Tidak papah mbak, rileks saja, nantinya klo kateringnya lancar mbak dapat dapat tambahan..tenang saja..” Jawabku.
“Terima kasih den..”
Kami kembali termenung. Tiba2 saya tergelitik untuk menanyakan berkenaan kejadian dahulu tersebut. Sedikit sangsi jika itu membuatnya tidak santai tetapi kalimat itu mengucur tidak bisa kutahan.

“Mbak..maaf bisa saya tanya..”
“Bisa den..mo tanya apa..”Jawabannya.
“Yang kemaren tersebut..mbak tidak geram dengan saya ?” Lanjutku.
Ia termenung beragam saat,aura mukanya berbeda.
“Mmm..mbak tulus kok den..salah mbak ..telahlah tidak papah..”jawabannya perlahan sekalian mengubah pandangan ke jendela.
“Bisa tanya kembali mbak..” Lanjutku.
“Monggo den..”
“Apa yang mbak rasa saat itu,..mm..waktu di dalam kamar..” kalimatku semakin menjerat.
“….mmmm…gimana ya..tidak tahu den..”Jawabannya, mukanya berkesan canggung.
” Sakit..atau jijik mbak..”
“Jijik mengapa..sakit sich iya..” Jawabannya perlahan.
“..aden kok dapat demikian saat itu..mbak ini lebih tua..kok dapat..” Sambungnya.
“..gairah laki2 mbak..liar..terkadang tidak dapat kontrol..”Jawabku.
“Masalah tua sich tidak menjadi masalah..jujur saja, mbak masih tetap hebat kok..”Lanjutku semakin berani.
“Hebat apanya..aden masih tetap muda..mencari kekasih yang muda, elok..tidak susah..”Jawabannya.

“…well..saya masih tetap belum tertarik untuk berpacaran kembali mbak..”
” Apa yang aden berpikir sejak peristiwa itu masalah mbak..”Tanyanya kembali.
” Tujuannya..?”
“Yaa apa aden berpikir mbak ini menjadi wanita gimanaa begitu di pandangan den agus..”
“Saya nyesel sesudahnya mbak, tidak sampai hati membuat mbak begitu..yaa seterusnya saya masih tetap tertarik kok sama mbak..”Jawabku.
“..mbak nyesel..”
” tetapi kalau bisa jujur..maaf yaaa mbak..”
“Apa den..bicara saja..”Jawabannya ingin tahu.
“.. Saya ingin ngulangin kembali..saya tahu itu tidak mungkin..maaf yaa mbak..”Suaraku sedikit tergetar, jantungku berdetak cepat.
“….mmm…apa yang aden mencari..mbak seperti ini, wanita daerah, tidak elok..dah tua kembali..” Mukanya lekat2 melihatku.

“..masih tetep hebat kok mbak..saya masih tetap sukai inget2 peristiwa tersebut..”Jawabku.
Mbak Juminten tersenyum tipis, saya ingin tahu apa yang ada pada pikiranya.
“Apa yang aden inget waktu peristiwa tersebut..” Katanya.
“Yaa cantik mbak..malem sabtu kemaren saya sempat mimpiin mbak gituan sama saya..sorry..”Jawabku.
“hehe..aden masih tetap muda, lumrah kalau pikiran ke itunya masih tetap kuat, selesai..”
“Saat ini jg kembali memikirkan itu mbak..”Saya menggunting kalimatnya.
“..hmm…yaaa mbak berat hati untuk demikian lg..takut den..”Jawabannya.
“Kalau saya minta bantuan agar mbak tidak takut kembali bagaimana..”Responku cecar pikiranya.
“Yaaaa..bagaimana den..tidak perlu de..yang sudah yaa sudah..”Jawabannya.
Saya memahami dianya tengah diterpa ketidaktahuan, di satu sisi dianya enggan menepiskan godaanku, di sisi lain dianya tidak mau terjatuh dalam perzinahan bersamaku kembali.
Saya menggeserkan dudukku merapat. Tanganku menggenggam jari tanganya. Wanita ini terperanjat dgn kenekatanku.

Baca Juga:   CERITA SEX HOT PEMBANTUKU DI ENTOT KENCANG

“Mbak..tidak perlu takut..mbak dapat meminta apa saja dari saya..” Ujarku sekalian melihat ke-2 matanya lekat2.
” Jangan den..dosa….”Jawabannya ketakutan.
Tetapi dianya sudah terlambat, kecupan bibirku sudah landing di bibirnya. Saya memagut2 bibir itu perlahan.
Mukanya pucat pasi..di antara terkejut dan ragu sama apa yang dianya tengah rasa. Saya menciumi lagi mukanya, bibir kami bertemu lagi, tanganku sudah melingkar secara manis di lehernya.
Ia cuma termenung..tanpa reaksi. Tidak ada penampikan, saya semakin berani rapatkan badanku. Ini hari selainnya bibir dan lebih kurang mukanya, kecupanku landing di leher dan belakang telinganya. Mbak Juminten merinding, badannya bergidik.
Mendung terus gelap di luar, petir kadang-kadang menggelegar disertai gemuruh angin ribut. Saya berdiri, ke-2 tanganku meraih tanganya, hebatnya keatas selanjutnya membawa mengambil langkah meng ikutiku, ke kamar…

Mbak Juminten benar-benar tidak bereaksi, dianya kikuk meng ikuti langkahku. Mukanya takut2 melihatku saat pintu kamar tersebut tertutup rapat.
Ruang kamar cukup gelap, cuma beberapa badan atas kami yang berkesan terang. Tidak perlu kembali menjelaskan2, selekasnya selesaikan apa yang ada pada hati.
Saya menuntunnya untuk tiduran diranjang. Mukanya melihatiku tiada henti,menunggu kejutan2 seterusnya. Saya menciumi lagi bibir itu, tidak ada balasan bermakna darinya. Semua leher dan tahapan dadanya yang tertutup kaos itu habis ku kecup. Napas mbak Juminten kedengar menderu.
Tidak perlu kembali basa basi, saya selekasnya melepaskan habis baju yang dikenaiya. Cuma ketinggalan bra dan celana dalam kusam itu tutupi. Badanku juga hampir telanjang, bajuku berantakan di lantai. Saya segera menindih badannya.

Mbak Juminten mendesah, jantungnya kedengar cepat berdetak di telingaku, mulutku tengah senang mencium dan menggigit2 payudaranya yang cukup besar.
Kulit kami sama-sama melekat, bulu2 diperutku mungkin membuatnya semakin bergidik. Tanganku sudah ke sana kesini meraba-raba badannya, jariku gesit menggosok2 lebih kurang selangkanganya.
Penisku sudah sejak dari barusan di ruang tamu mengacungkan keras, diranjang ini dianya terus ganas melekat dan kadang2 menggesek pas ditengah2 selangkangan mbak Juminten. Dianya semakin terlena oleh rangsangan dariku. Wanita ini siap siaga untuku ini hari, saya benar-benar untung.
Pada akhirnya kami sudah sama2 siap tempur. Vaginya sudah tersingkap lebar dan basah. Permainan lidahku barusan di sana sudah membuatnya tanpa sungkan2 mendesah dan mencengkeram kuat kepalaku.

Pahanya terkulai lebar ke samping, saya sudah siap-siap menyerang. Dikit demi sedikit tangkai itu tenggelam disertai rintihan mbak juminten dan desis yang keluar mulutku. Kami berangkulan kuat saat penis itu sudah sukses sentuh dasar vaginanya. Oh my gosh, sangat nikmat.
Kami berpagutan lagi, pelan2 saya hebat ulur selangkanganku. Mbak Juminten sampai merengkuh bokongku rasakan kesan tersebut.
“Cicipilah mbak,cicipi yang sudah lama tidak kau merasai. Umurku bisa dibuktikan terlampau muda untukmu, tetapi saya sanggup memberimu kepuasan,” ujarku dalam hati.
Saya ingin nikmati kejadiant ini semakin lama, saya mengaduk2 kewanitaanya perlahan-lahan dan halus. Situasi demikian romantis.

“Uhh..uhh..shhh..hhhh…” Mbak Juminten mendesah setiap saya menyerang selangkanganya. Tanganya halus merengkuh punggungku.
Kami terus berpagutan, bokongku meliuk2 menghajar. Lama-lama pergerakanku semakin cepat. Tenagaku seperti tidak habis membawa pada kepuasan. Mungkin lebih dari 15 menit jalan, mbak Juminten mulai kerepotan. Capitan pahanya semakin kuat sementara bokongnya tidak henti mengarah ke atas menyongsong penisku, napasnya sudah tersengal. Mungkin sesaat mbak Juminten capai klimaks.
“Buuuk..ibuuuk..di manaaa…rini ingin pipis..” Tiba2 suara anaknya kedengar keras di muka pintu kamar.

Kami yang tengah membumbung terperanjat terkejut dan melepaskan dekapan. Sesaat saja kami sudah berdiri, sama-sama bertatapan dalam ketidaktahuan.
“Buuk…ibuuuk..”Lanjut bocah tersebut.
Damn it..saya menyumpah dalam hati.
“Iya sesaat naaaak..pipis saja di dapur..ada kamar mandi di sana..ibu kembali selesaiin kamar..sesaat lagi keluar..” Jawab mbak Juminten cemas berusaha mengambil bajuya yang berantakan di atas kasur.
“Iya buk..” Jawab bocah tersebut.
“Kelak baring saja kembali di dalam kamar, bunda nantinya nyusul..”Jawabannya sekalian berusaha raih celana dalamnya.

Saya meredam tanganya,
“agar saja mbak..tanggung sesaat lagi..” Ujarku.
“Jangan..kelak dianya berprasangka buruk..” Jawabannya menepiskan tanganku.
“Tidak..sesaat lagi..tenang saja..”Seruku.
“Jangan Den..” Jawabannya, tetapi kalimat itu terpenggal.
Saya hebat badannya, gairahku sudah mencapai puncak. Saya menggerakkan badan telanjangnya menghadap meja kecil di depan kami. Dengan sekali kibasan semua benda2 kecil di atasnya berlompatan jatuh ke lantai dengan suara yang bising.
“Den..kelak den…sabar..” Jawabannya ketidaktahuan.

Saya tidak mempedulikan ucapanya. Badannya ku dorong mendekat ke tepi meja, ke-2 kakinya saya paksakan untuk melebar, bokongnya saya ambil ke belakang. Posisi mbak Juminten sudah menungging di depanku, belahan bokong itu mempertunjukkan lubang anusnya.
Saya jadi semakin beringas, bokong besar dan bahenol itu ku angkat, tahapan vagina dan rambut2 lembut itu terpajang dimuka selangkanganku. Penisku langsung merapat, langsung menusuk masuk. Panorama dibawaku membuatku semakin bergairah.Tangkai penis itu perlahan-lahan lenyap antara bongkahan bokongnya.
O gosh..sangat nikmat, saya mendesis-desis meredam geli. Selekasnya saja badanku menyikat2 dengan kuat. Badan mbak Juminten mundur-maju terkena gempuranku. Sesaat saja dianya mendesah lagi.
Permainan kami jalan cepat, kekagetan barusan itu tingkatkan hasrat, bunyi gesekan kemaluan kami menemani. Mbak Juminten memutar-mutar pinggulnya berusaha selekasnya raih akhir perjuangan. Peniskupun sudah seperti ingin meletus.
Badanku terus kuat memencetnya ke depan, mbak Juminten gemulai putar bokongnya ke sana kesini, semakin liar dan binal dan pada akhirnya dianya raih klimaks.
“Uhhhh…uhhh…dennn….aduuuhh..uuhh..huhhu..huh uuu..uuhh..” Jeritnya sekalian terisak.
Ke-2 pahanya melafalkanng kaku,kepalanya sampai terbujur di atas meja sekalian terus mendesah tidak ada henti. Cairan hangat kewanitaanya membasahi penisku di dalamnya.
Saya ingin selekasnya rasakan faktor yang sama, sikatanku semakin cepat melabraknya.Beragam kali bandul pada akhirnya bokongku stop bergerak siap-siap meregang, tanganku kuat mencengkeram pinggulnya.

“Cabut den..cabut…jangan didalem..”Serunya cemas.
Saya masih tetap sebelumnya pernah hebat penisku keluar pas saat spermaku tiba terjang.
“Ahhhhh….mbakkk..oooh…shhh..ahhh…”Jeritk u saat sperma itu menyemprotkan panas pas di atas bongkahan bokong bahenol mbak Juminten.
Beberapa landing dalam belahan bokongnya, mengucur turun mencari permukaan anusnya. Jemari tangan mbak Juminten menyelinap pada tahapan situ, meredam tuntunan sperma itu dekati vaginanya dan mengusapnya secara cepat.
Kami terpana dengan napas tersengal. Nikmat masih tetap menjalari pikiran kami dalam bisu. Pada akhirnya permainan ini selesai.

Saya terduduk lemas di tepi tempat tidur melihat mbak Juminten yang masih tetap berdiri dari belakang, tubuhya sempoyong menggenggam tepian meja. Cairan sperma itu berkilau pada tahapan bokongnya. berkesan cairan putih kental dari dalam vaginanya yang ketahan bulu lebat kemaluan mbak Juminten.
Hujan sudah surut saat kami duduk di ruangan tamu. Bocah kecil itu sedang serius menyaksikan tivi ada di belakang kami. Dianya tidak mengetahui jika ibunya barusan sudah bertanding hebat di dalam kamar bersamaku.
Mata kami yang cuma berbicara waktu itu, apa yang terjadi barusan membekap kami terbenam dalam pikiran masing2.
Sejak hari itu jalinan kami ada dalam situasi yang baru. Usaha katering yang kujanapabilan jalan sukes, tarah nasib mbak Juminten bertambah lebih bagus.
Sampai ini hari mbak Juminten masih tetap temani nafsu mudaku yang tidak mengenal batasan. Ada tebersit dalam hati untuk melamarnya sebuahhari kelak, biarkanlah waktu yang tentukan pada akhirnya. Udara dingin perkebunan teh ini membuat kami terus terlarut.