
Saat pagi hari saat saya sedang tidur, saya kaget di saat dibangunkan dengan seorang suster. Gilaa..! Suster yang ini elok sekali.
Foto Artis Bokep Jepang – “Mas Sony sudah bangun ya..? Bagaimana semalam, mimpi cantik..?” ucapnya.
“Ya Sus, sangat indah. Saya kembali bercinta dengan cewek elok berpakaian putih Sus..? Dan wajahnya serupa Suster lho..!” kata saya memikatnya.
“Ah.. Mas Sony ini dapat saja.., habis ini mas mandi ya..?” ucapnya halus.
Lantas ia bawa handuk kecil, sabun, wash lap, dan ember kecil. Suster itu mulai membuka selimut yang saya gunakan, dan melipatnya di dekat kaki saya. Terbuka telah semua badan telanjang saya. Saya dengan menyengaja barusan melepas semua pakaian dan celana saya. Saat ia menyaksikan wilayah disekitaran kemalua saya, kaget ia, karena ukuran kelamin saya dan kepalanya yang di luar normal. Besar sekali, serupa helm tentara NAZI dahulu.
Lantas ia ambil wash lap dan sabun.
“Sus… jangan pakai wash lap.., geli… saya tidak biasa. Gunakan tangan suster yang cantik itu saja…” kata saya memancingnya.
Suster itu awali dengan tanganku. Dibilas dan disabuninya semua tangan saya. Usapannya halus sekali. Sekalian dimandikan, saya pandangi mukanya, dadanya, lumayan besar jika saya saksikan. Orangnya putih mulus, tangannya halus. Usai sama yang kiri, saat ini mengganti tangan kanan. Dan sebagainya ke leher dan dada. Terus disekanya badan saya, sapuan telapak tangannya halus sekali saya alami, dan tidak berasa saya pejamkan mata agar semakin nikmati sentuhannya.
Sampailah pada akhirnya pada tangkai kejantanan saya, digenggamnya halus ditambahkan sabun. Digosok batangnya, biji kembarnya, kembali lagi ke batangnya. Saya merasakan tidak kuat untuk meredam agar masih tetap lemas. Pada akhirnya tangkai kemaluan saya berdiri . Pertama 1/2 tiang, semakin lama pada akhirnya penuh ia berdiri keras.
Ia membersihkan sekitaran kepala meriam saya sekalian berbicara lirih, “Ini kepalanya besar sekali mas… baru ini kali saya saksikan kaya begini besarnya. Diberi makan apa sich koq dapat begini mas..?” ucapnya manja.
“Sus… sedap dimandiin gini…” kata saya memancing.
Ia diam saja, tapi yang terang ia mulai mengocak dan mainkan tangkai kemaluan saya. Kelihatannya ia sukai dengan ukuran yang mengagumkan.
“Sedap Mas Sony… kalau diginikan..?” tanyanya dengan lirikan nakal.
“Ssshh… iya terusin ahhh… sus… sampai keluar…” kata saya sekalian meredam rasa nikmat yang tidak terhitung.
Tangan kirinya ambil air dan mencuci tangkai kejantanan saya yang telah menegang itu, selanjutnya diusapnya tangan kanannya. Mengapa kok diusap berpikir saya. Tapi saya diam saja, meng ikuti apa yang ingin ia kerjakan, dasarnya jangan stop sampai di sini saja. Bisa jadi saya pusing nanti meredam gairah yang tidak tersalurkan.
Lantas ia dekatkan kepalanya, dan dijulurkan lidahnya. Kepala tangkai kejantanan saya dijilatinya perlahan-lahan. Lidahnya mengelilingi kepala senjata meriam saya. Semilyard dollar… rasanya… wow… sedap sekali. Lantas dikulumnya tangkai kejantanan saya. Saya menyaksikan mulutnya sampai penuh rasanya, tapi belum semuanya terbenam dalam mulutnya yang imut. Bibirnya yang tipis terayun masuk keluar waktu mengisap mundur-maju.
Lama saya dikulumi suster menjaga ini, hingga kemudian saya tidak tahan kembali, dan, “Crooott… crooott…” sangat nikmat.
Sperma saya tumpah dalam rongga mulutnya dan ditelannya habis. Tersisa pada ujung tangkai kemaluan juga dijilat dan disedotnya habis.
“Telah ya Mas, saat ini diteruskan mandinya ya..?” kata suster itu, dan ia meneruskan memandikan kaki kiri saya sebelumnya setelah membersihkan bersih tangkai kejantanan saya.
Tubuh saya dibalikkannya dan dimandikan juga segi belakang tubuh khususnya punggung saya.
Usai acara mandi.
“Malam nanti saya kesini kembali, bisa khan Mas..?” ucapnya sekalian membenahi beberapa barangnya.
Saya tidak dapat menjawab dan cuma tersenyum padanya. Saya terasanya melayang-layang dan tidak yakin ini dapat terjadi. Paling akhir saat sebelum keluar kamar ia sebelumnya sempat mencium bibir saya. Hangat sekali.
“Malam nanti saya kasih lebih luar biasa.” demikian ucapnya sambil tinggalkan kamar saya.
Saya juga berusaha untuk tidur. Sangat nikmat apa yang sudah saya rasakan sore hari ini. Sekalian pikirkan apa yang hendak saya peroleh malam nanti, saya juga tertidur pulas sekali. Mendadak saya dibangunkan oleh suster tadi kembali.
Tapi saya belum bertanya namanya. Baru sesudah ia ingin keluar kamar usai menempatkan makanan dan menggugah saya, ia beritahukan namanya, ternyata Vina. Langkah ia menggugah saya cukup aneh. Rasanya suster dimana saja tidak lakukan dengan langkah ini. Ia sebelumnya sempat meremas-remas tangkai kemaluan saya sekalian digosoknya halus, dan hal tersebut membuat saya terjaga dari tidur. Langsung saya tuntaskan makan saya dengan kerja keras. Pada akhirnya usai . Lantas saya pencet bel.
Selang beberapa saat tiba suster lainnya, saya minta ia untuk menghidupkan TV di atas dan mengusung makanan saya. Saya menonton beberapa acara TV yang menjemukan dan semua informasi yang disiarkan tanpa fokus sedikit juga.
Sekitaran jam 9 malam, suster Vita tiba untuk menyembuhkan cedera saya, dan ia harus buka selimut saya kembali. Di saat ia menyaksikan alat kelamin saya, ia kagum.
“Tidak salah apa yang dibicarakan kawan-kawan di ruangan jaga..!” begitu komentarnya.
“Mengapa emangnya Sus..?” bertanya saya keheranan.
“Oo… itu lah beberapa teman katakan jika punyai mas besar sekali kepalanya.” jawabannya.
Sesudah usai dengan menyembuhkan cedera saya, dan ia akan tinggalkan ruang. Tapi ia sebelumnya sempat membenarkan selimut saya, ia luangkan mengelus kepala tangkai kejantanan saya.
“Hmmm… bagaimana ya rasanya..?” manjanya.
Dan saya cuma dapat tersenyum saja. Wah suster di sini edan semua ya pikirku. Jam 22:00, kurang lebih saya baru memulai tertidur. Saya mimpi sangat indah dalam tidur saya karena saat sebelum tidur barusan otak saya sebelumnya sempat berpikiran beberapa hal yang kotor. Saya merasa kan hangat sekali di bagian selangkangan, persisnya di bagian tangkai kemaluan saya, sampai saya menjadi terjaga. Rupanya suster Vina sedang mengisap senjata saya. Dengan bermalasan, saya nikmati terus hisapannya. Saya mulai turut aktif dengan meraba-raba dadanya. Sesuatu lokasi yang saya kira terdekat dengan capaian tangan saya.
Saya membuka kancing atasnya, lantas meraba-raba dadanya dibalik BH hitamnya. Terus saya merasakan segumpal daging hangat yang kenyal. Saya mencari sekalian meremas-remas kecil. Sampailah pada putingnya. Saya memilin putingnya secara halus dan Suster Vina juga mendesah.
Entahlah berapakah lama saya disedot dan saya merabai Suster Vina, sampai ia pada akhirnya katakan, “Mas… bisa ya..?” ucapnya memelas.
“Mangga Sus, dilanjut..?” bertanya saya kebingungan.
Dan tanpa menjawab ia juga loloskan CD-nya, dilempar disebelah tempat tidur, lantas ia naik ke tempat tidur dan memulai mengangkangkan kakinya di atas tangkai kejantanan saya.
Dan, “Bless…” ia masukkan kemaluan saya pada lubangnya yang hangat dan telah basah sekali.
“Aduh.. Mas.., kontolnya hangat dan sedap lho… ohhhh…”
Lantas ia mulai menggoyang perlahan-lahan. Pertama dengan pergerakan turun naik, lantas diikuti pergerakan putar. Wah.., suster ini ternyata telah professional sekali. Lubang senggamanya saya rasa masih sempit, karena itu ia cuma berani gerak perlahan-lahan. Mungkin saja karena saya masih sakit. Lama sekali permainan itu dan memang ia tidak menukar posisi, karena posisi yang memungkinkannya cuman satu posisi. Saya tidur di bawah dan ia di atas badan saya.
Sampai waktu itu tidak ada pertanda saya akan keluar, tapi jika tidak salah, ia sebelumnya sempat melafalkanng sekali. Barusan di tengah dan lemas sesaat, lantas mulai menggoyang kembali. Sampai mendadak pintu kamarku dibuka di luar, dan seorang suster masuk dengan mendadak. Terkejut sekali kami berdua, karena tidak ada argumen lain, terang sekali kami sedang bermain. Apalagi tempatnya pakaian dinas Suster Vina terbuka sampai perutnya, dan BH-nya juga lepas dan terkapar di lantai.
Rupanya yang masuk suster Vita, ia segera mendekati dan katakan, “Lanjutkan saja Vin… saya hanya ingin ikutan… memek saya sudah gatel nich..!” ucapnya dengan rileks.
Suster Vita juga mengelus dada saya yang cukup sektor, ia ciumi semua muka saya secara halus. Saya membalas dengan meremas dadanya. Ia diam saja, lantas saya membuka kancingnya, terus langsung saya loloskan baju dinasnya. Saya membuka sekaligus BH-nya yang berenda tipis dan menggairahkan. Dadanya kelihatan masih kuat. Tinggal CD kurang yang dipakainya yang masih belum saya bebaskan.
Suster Vina masih dengan laganya turun naik dan terkadang berputar-putar. Saya saksikan dadanya yang terbuncang karena pergerakannya yang mulai liar. Lidah Suster Vita mulai masuk rongga mulut saya dan secara langsung saya hirup ujung lidahnya yang menjulur tersebut. Tangan kiri saya mulai meraba-raba disekitaran selangkangan Suster Vita di luar. Basah telah CD-nya, dengan perlahan-lahan saya ambil ke samping dan saya memperoleh permukaan bulu lembut menyelimutinya lubang kewanitaannya. Saya elus perlahan-lahan, baru selanjutnya sedikit menekan.
Bacaan Seks Ngentot Bercinta dengan Doket dan Perawat
Bertemu telah klit-nya. Cukup ke belakang saya rasa makin memanas. Terjamah olehku selanjutnya lubang nikmat itu. Saya raba sampai 3x sebelumnya terakhir masukkan jemari saya ke dalamnya. Saya coba masukkan sedalam mungkin jemari telunjuk saya. Selanjutnya diikuti oleh jemari tengah. Saya putar jari-jari saya didalamnya. Baru selanjutnya saya kocok masuk keluar sekalian mainkan jempol saya di klit-nya.
Ia mendesah enteng, sedangkan Suster Vina tiduran karena capek di dadaku dengan pinggulnya tidak ada hentinya menggoyang kiri dan kanan. Suster Vita menguak rambut panjang Suster Vina dan memulai menciumi punggung terbuka tersebut. Suster Vina makin mengeluh, mengeluh, dan mengeluh, sampai pada erangan panjang yang mengisyaratkan ia akan orgasme, dan makin keras goyangan pinggulnya. Sementara saya sendiri coba menyeimbangi dengan pergerakan lebih keras dari awal sebelumnya, karena dari barusan saya tidak bisa terlampau bergoyang, takut cedera saya jadi sakit.
Suster Vina mengeluh panjang sekali mirip orang sedang kesakitan, tapi juga serupa orang kepedasan. Mendesis antara erangannya. Ia telah tiba ternyata, dan ia tahan dahulu sementara, baru ditariknya perlahan-lahan. Saat ini gantian Suster Vita, dilapnya dahulu tangkai kemaluan saya yang basah oleh cairan kepuasan, dikeringkan, baru ia mulai naiki badan saya.
Saat Suster Vita sudah tempati tempatnya, saya menyaksikan Suster Vina mengelap lubang kemaluannya dengan tissue yang diambilnya dari meja kecil di sampingku. Suster Vita seolah menunggang kuda, ia menggoyang mundur-maju, perlahan-lahan tetapi penuh kejelasan. Lama-lama semakin cepat iramanya. Sementara ke-2 tangan saya asyik meremas-remas dadanya yang membesar cantik. Kenyal sekali rasanya, lumayan besar ukuran dan lebih besar dibanding kepunyaannya Suster Vina. Ini kurang dari 36C.
Kadang-kadang saya mainkan putingnya yang mulai mengeras. Ia mendesis, cuma itu jawaban yang keluar mulutnya. Desisan itu benar-benar manja kurasakan, sedangkan Suster Vina sudah usai dengan bersihkan lubang hangatnya. Selanjutnya ia mulai kembali mengelus-elus tubuh telanjang Suster Vita dan mainkan rambutku, menyekanya. Selanjutnya karena cukup pemanasannya, ia mulai naiki tempat tidur kembali. Dikangkangkannya kakinya yang jenjang di atas kepala saya. 1/2 berjongkok stylenya waktu itu dengan menghadap tembok di atas kepala saya. Ke-2 tangannya berpegangan di bagian kepala tempat tidur.
Mulai disorongkannya lubang kepuasannya yang sudah kering ke dalam mulut saya. Secara cepat saya julurkan lidah, lantas saya jawil sekali dan menarik napas, “Hhhmmm…” berbau ciri khas kewanitaannya. Saya jilat lubangnya dengan lidah saya yang populer panjang. Saya mainkan lidah saya, mereka berdua mengeluh bersama, terkadang bersahutan. Saya saksikan lubang bokongnya yang merah cukup terbuka, lantas saya masukan jemari jempol ke lubang bokongnya.
Suster Vina mendesah kecil, “Auuww… mas nakal dech..!”
Lantas saya jilati lubang bokongnya yang mulai basah itu, tetapi selanjutnya, “Tuuuttt..!”
Saya terkejut, “Suster kentut ya..?” bertanya saya.
Suster Vina ketawa kecil lantas meminta maaf. Lantas kembali saya lanjutkan jilatan saya.
Lama sekali bermainnya, sampai mendadak Suster Vita mengeluh besar dan panjang dan melafalkanng. Sesudah Suster Vita usai, ia mengambil tangkai kejantanan saya, sedang lidah saya masih tetap membantai lubang kepuasan Suster Vina. Kadang-kadang saya menjilat-jilati klit-nya. Ia menggeliat setiap lidah saya sentuh klit-nya. Dengar desisan Suster Vina telah lemas dan bergerak turun dari tempatnya, saya mengakhiri permainan ini. Saya lesu rasanya membabat dua suster sekalian.
Itil V3
“Kasihan Mas Sony, kelak pulihnya menjadi lama… masalahnya tidak sempat istirahat..!” kata Suster Vina.
“Iya dan kayanya kita akan tiap malam rajin meminta gantian kaya malem ini.” sahut suster Vita.
“Kalau itu dibikin sistem arisan saja.” kata Suster Vina sadis sekali terdengarannya.
“Emangnya saya piala bergilir apa..?” kata saya dalam hati.
Malam itu saya tidur pulas sekali dan saya sebelumnya sempat meminta Suster Vina temaniku tidur, saya janji setiap malam, mereka bisa gantian temani saya tidur, tapi sesudah mendapat porsi batin tentu saja. Malam itu kami tidur berdekapan mesra sekali seperti pengantin baru dan sama polos. Sampai jam 4 pagi, ia meminta porsi tambahan dan kami juga bermain one on one (satu musuh satu, tidak kerubutan seperti tadi malam). Hot sekali ia pagi itu, karena kami lebih bebas tapi yang kacau-balau ialah sesudah usai. Saya merasakan sakit karena cedera kaki saya jadi berdarah . Maka mau tak mau kedapatan deh sama Suster Vita jika ada sesion tambahan, dan mereka berdua juga beramai-ramai menyembuhkan cedera saya, sekalian masih ingin menyaksikan kejantanan dasyat yang meleleh lantakkan badan mereka sepanjang malam.
Kemudian, sekitaran jam 5:00, saya kembali tidur sampai pagi jam 7:20. Saya dibangunkan untuk mandi pagi. Mandi pagi ditolong oleh Suster Vita dan sebelumnya sempat disedot sampai keluar dalam mulutnya.
Saat pagi harinya, Dokter Vivi menyaksikan kondisi saya.
“Bagaimana Mas Sony, masih sakit kakinya..?” ucapnya.
“Telah cukup Dok..!” kata saya.
Lantas, “Saat ini kamu coba ambil napas lantas embuskan, demikian berkali-kali ya..!”
Dengan stetoskopnya, Dokter Vivi mengecek badan saya. Saat stetoskopnya yang dingin itu sentuh dada saya, saat itu juga itu sesuatu saluran aneh menyebar di badan saya. Tanpa saya ketahui, saya rasa tangkai kejantanan saya mulai menegang. Saya jadi grogi, takut jika Dokter Vivi tahu. Tetapi untung ia tidak memerhatikan pergerakan dibalik selimut saya. Tetapi tiap sentuhan stetoskopnya, apalagi sesudah tangannya menekan-nekan ulu hati, makin menambah tangkai kejantanan saya semakin bertambah tegak kembali, hingga cukup mencolok dibalik selimut.
“Wah, mengapa kamu ini..? Kok itu kamu berdiri..? Terangsang saya ya..?” ucapnya.
Mati dech! Rupanya Dokter Vivi ketahui apa yang terjadi diselangkangan saya. Aduh!
Lantas ia mendadak buka selimut sekalian berbicara, “Saat ini saya ingin check kaki mas…” ucapnya.
Dan, “Opsss… i did it again..!” terpampanglah kemaluan saya yang lebih besar didepannya.
Edan! Dokter Vivi ketawa menyaksikan tangkai kejantanan saya yang lebih besar dan mengeras tersebut.
“Uh, ****** mas besar ya..?” kata Dokter Vivi terasanya mengelus kemaluan saya dengan tangannya yang lembut.
Muka saya jadi bersemu merah dibikinnya, sedangkan tanpa bisa dihindari kembali, senjata saya semakin tegak terjamah tangan Dokter Vivi. Dokter Vivi tetap mengelus-elus dan menyeka-usap tangkai kejantanan saya itu dari pangkal sampai ujung, meremas-remas biji kembar saya.
“Mmm… mas sebelumnya pernah bermain..?” ucapnya manja.
Saya geleng-geleng. Saya berpura-pura supaya ya…ya…ya….
“Aahhh…” saya mendesah saat mulut Dokter Vivi mulai mengulum kemaluan saya.
Lantas dengan lidahnya yang keliatannya telah mengusai, digelitiknya ujung kemaluan saya itu, membuat saya menggerinjal-gerinjal. Semua kemaluan saya hampir masuk ke mulut Dokter Vivi yang elok tersebut. Dengan terus-menerus dihisap-sedotnya kemaluan saya. Berasa geli dan sangat nikmat.
Dokter Vivi selekasnya meneruskan bermainnya. Dia masukkan dan keluarkan kejantanan saya dari dalam mulutnya berkali-kali, turun-naik. Gesekan-gesekan di antara kemaluan saya dengan dinding mulutnya yang basah menghidupkan kepuasan tertentu untuk saya.
“Auuh… aahhh…” pada akhirnya saya tidak tahan kembali.
Tangkai kemaluan saya menyemprot sperma kental warna putih ke mulut Dokter Vivi. Seperti kehausan, Dokter Vivi meneguk semua cairan kental itu sampai habis.
“Duh, saat baru demikian saja mas sudah keluar.” Dokter Vivi mengejek saya yang baru bermain oral saja telah capai klimaks.
“Dok.., saya… baru pertama kali… lakukan ini…” jawab saya tersengal-sengal (terkena ia, tapi memang saya mengakui hisapannya lebih luar biasa dari ke-2 suster semalam). Dokter Vivi tidak menjawab. Dia melepas jas dokternya dan menyampirkannya di gantungan pakaian di dekat pintu. Selanjutnya dia melepaskan kaos oblong yang dikenainya, celana jeans-nya. Mata saya melotot melihati payudara montoknya yang nampaknya seperti tidak sabar ingin meloncat keluar kembali BH-nya yang lembut.
Mata saya terasanya ingin meloncat keluar saat Dokter Vivi melepas BH-nya dan memelorotkan CD-nya. Astaga! Benar-benar besar tetapi terawat dan kuat. Tidak ada pertanda kendor atau lipatan-lipatan lemak di badannya. Demikian juga bokongnya. Masih menggumpal bundar yang montok dan kenyal. Betul-betul badan paling prima yang dulu pernah saya saksikan sepanjang hidup ini. Saya merasa kan tangkai kejantanan saya mulai bangun semakin tinggi melihat panorama yang teramat cantik ini.
Dokter Vivi mendekati lagi saya. Dia memberikan payudaranya yang menggantung kenyal ke muka saya. Tanpa ingin menghabiskan waktu, saya segera terima pemberiannya. Mulut saya segera menangkap payudara yang cantik ini. Sekalian menyedot-nyedot puting susunya yang sangat tinggi itu, mengingati saya saat menyusu pada ke-2 suster semalam.
“Uuuhhh… Aaah…” Dokter Vivi mendesah-desah ketika lidah saya menjilati ujung puting susunya yang demikian tinggi melawan.
Saya mempermainkan puting susu yang sangat menarik ini dengan bebasnya. Sesekali saya gigit puting susunya tersebut. Tidaklah cukup keras memang, tetapi cukup membuat Dokter Vivi menggeliat sekalian meringis-ringis.
Selang beberapa saat, saya tarik tangan Dokter Vivi supaya turut naik ke atas tempat tidur. Dokter Vivi pahami apa tujuan saya. Dia segera naik ke atas badan saya yang terbujur terlentang pada tempat tidur. Pelan-pelan dengan badan sedikit merunduk, dia arahkan kemaluan saya ke lubang kewanitaannya yang di sekitarnya banyak bulu-bulu lebat kehitaman. Lantas dengan lumayan keras, sesudah tangkai kejantanan saya telah masuk 2 cm ke lubang senggamanya, dia turunkan bokongnya, membuat senjata saya nyaris ketelan semuanya dalam lubang surganya.
Saya melenguh keras dan menggerinjal-gerinjal cukup kuat waktu ujungnya kepala kemaluan saya sentuh pangkal kandungan Dokter Vivi. Mengetahui jika saya mulai terangsang, Dokter Vivi menambahkan kualitas bermainnya. Dia menggerakkan bokongnya, berputar ke kiri ke kanan dan turun naik ke atas ke bawah. Demikian selanjutnya berkali-kali dengan tempo yang makin lama makin tinggi. Membuat badan saya jadi meregang rasakan nikmat yang bukan bermain
Saya merasakan hampir tidak kuat kembali. Tangkai keperkasaan saya hampir menyemprot cairan kepuasan kembali. Tetapi saya coba meredamnya semaksimal mungkin dan coba menyeimbangi permainan Dokter Vivi yang liar tersebut.
Pada akhirnya, “Aaahh…” jerit saya.
“Ouuhhh..!” desah Dokter Vivi.
Dokter Vivi dan saya menjerit keras. Kami berdua capai klimaks nyaris bersama. Saya menyemprot air mani saya dalam lubang kandungan Dokter Vivi yang tetap berdenyut menjepit keperkasaan saya yang tetap terlihat tegang tersebut.
Lantas, muka, mata, dahi, hidung saya habis diciumi oleh Dokter Vivi sekalian berbicara, “Terima kasih Mas Sony, ohhh… endanggg..!”