
Mendekati petang suamiku baru kembali lagi ke kamar, berkesan mukanya memperlihatkan kecapekan mesikipun dianya tidak kerja dengan langsung, cuma memantau penyiapan. KuhIbur dianya memijat pundak dan kakinya, dengan sedikit sentuhan erotis kurasakan kemelutnya mencair ganti dengan kemelut lainnya.
Cersex Pemerkosaan – “Jangan Sayang, kami tidak ada waktu, bentar kembali jadwal diawali”, suamiku menampik lembut.
Cukup bersedih saya terima penampikan suamiku, walau sebenarnya dianya hampir telanjang dan siap untuk meneruskan permainan. Kupandangi punggunggnya sampai lenyap di dalam kamar mandi, mau tak mau kutelan saja duka cita ini.
“kelak saja, dianya masih tetap lelah kali”, pikirku menghIbur diri.
Kami mandi bersama, di bawah siraman air shower yang hangat saya masih tetap berusaha memancing birahinya, tetapi tidak sukses, sejenisnya dianya terlampau cemas dengan penyiapan yang terdapat, walaupun ini bukanlah pertamanya kali dianya sebagai ketua panitia jadwal kantor seperti ini tetapi entahlah mengapa ini hari demikian tegang. Jarum jam masih tetap memperlihatkan jam 19:00, masih tetap ada waktu untuk meperbuat secara cepat sebenarnya, karena jadwal baru akan diawali jam 8 malam, bermakna sekurang-kurangnya masih tetap ada waktu satu jam, pada akhirnya kuputuskan untuk “memaksakan” suamiku meperbuatnya.
Kukenakan gaun malam merah panjang yang anggun yang seksi, belahan kaki sampai paha, punggung yang cukup terbuka menjadi tidak mungkin memakai bra, dada berpotongan rendah dengan seutas tali yang menggantung di leher meredam gaunku masih tetap melekat di badanku, selendang merah hati tutupi punggung dan beberapa badanku, tetapi tidak hapus kesan-kesan seksi dan anggunnnya performaku.
“Pa, masih tetap ada waktu sesaat kan”, tanyaku dengan secara langsung berjongkok di depannya dan buka resliting celananya.
Saat sebelum dianya sebelumnya sempat bernada selekasnya kukeluarkan k0ntol kebanggaannya dan kumasukkan ke mulutku, tidak kuhiraukan make-up diwajahku berantakan karena kuluman dan usapan k0ntol itu ke mukaku. Desahan perlahan mulai keluar mulut suamiku, bermakna dianya sudah mulai “naik”, tangannya raih kepalaku dan mengocakkan k0ntolnya di mulutku, rambutku yang sudah bersisir rapi amburadul lagi.
Tidak lama saya meperbuat oral seks dianya lantas mendudukkanku di atas meja, lantas berjongkok di selangkanganku, disingkapnya gaunku secara gampangnya, tanpa melepaskan celana saat merahku, dianya menjilat-jilati memekku dari celah sela mini panty yang bisa dibuktikan betul-betul mini karena cuma berbentuk segitiga yang tutupi wilayah depan kemaluanku.
Lidahnya gesit menari nari di klitoris dan selangkanganku, memekku dilumat habis membuatku cepat melayang-layang tinggi. Saya mendesis nikmat rasakan jilatan suamiku yang penuh nafsu, dianya berdiri dan menyapukan kepala k0ntolnya ke bibir memekku, tidak segera masukkan tetapi menyeka gosokkan ke wilayah selangkangan dan memekku yang sudah basah siap terima penetratif darinya. Saat sebelum k0ntolnya masuk lubang memekku, kami dikejutkan dering HP dari suamiku, kutahan dianya saat akan terima panggilan tersebut.
“Jangan sayang, mungkin beberapa anak memerlukanku”, bisik suamiku minta pengertianku.
“Malam Pak Sis…, oh sudah usai Pak… tidak persoalan…udah kok, malah kami tambah sejumlah meja serta… oh sudah itu…, oke saya selekasnya turun…, Malam Pak”, kenyataannya dari Pak Pelajarnto, atasan secara langsung suamiku.
“Sorry Ma, Pak Sis sudah berada di bawah, dianya ingin saksikan penyiapan terkini karena dianya ada jadwal pada tempat lain, menjadi ke sana dahulu baru selanjutnya cukup telat dianya lagi kesini, dianya ingin make sure everything is OK”, terangnya sekalian membereskan lagi celana dan jas hitamnya.
Dikecupnya pipiku lantas meninggalkanku lagi sendiri di dalam kamar.
“Saya jemput sesaat lagi, be ready immediately”, perintahnya saat sebelum lenyap dibalik pintu kamar.
Saya masih tetap duduk tercenung di meja, kakiku masih tetap mengangkang terbuka seperti saat suamiku mencumbuku barusan, dengan sedikit jengkel dan wajib menelan duka cita akan birahi yang tidak tertuntaskan pada akhirnya saya wajib hadapi realita ini. Dengan masih tetap merendam perasaan sedih saya kembali me-make up mukaku, seperti biasa saya tidak perlu lama-lama mengoles mukaku yang putih, cuma sapuan tipis sudah tingkatkan kecantikan dan keanggunanku, kurapikan rambutku tadi sebelumnya sempat acak acak-an dan tidak lebih dari 1/2 jam saya sudah siap untuk ke acara pesta, kusaksikan diriku di cermin, saya kagum pada kecantikan dan performaku malam hari ini, thank god you give me great bodi, setinggiku yang 167 cm ditambahkan sepatu acara pesta memiliki hak 7 cm, bak peragawati, tentu akan hebat perhatian cukup banyak undangan.
Suamiku tiba selang beberapa saat, dengan menggamit tangannya, kami masuk ballroom tempat acara pesta jalan, sejumlah pasangmata mengubah perhatian ke kami, jejeran kursi dan meja yang melingkar membuat formasi ruang jadi santai, dekor yang semarak tingkatkan cantiknya situasi di ballroom tersebut.
Belum cukup banyak tamu yang tiba terkecuali beberapa panitia dan sebagian orang dari faksi hotel yang meperbuat seting atas semua sesuatunya, di pentas pemain band yang meperbuat penyiapan terkini, di muka pentas ada ruang terbuka yang cukup luas untuk sertace, sejenisnya jadwal ini disiapkan langkah istimewa, dengan dekor yang semarak untuk menyongsong tahun baru. Malam merayap semakin terlarut, satu-satu beberapa tamu banyak yang datang, bersama sejumlah pasangan panitia yang lain saya mengantar suamiku menyongsong kehadiran mereka, bercakap sesaat lantas berpindah ke tamu yang lain seperti seperti baginda rumah dalam sebuahperjamuan besar.
Kudampingi suamiku memberbagi sambutan di pentas, lantas diikuti sambutan yang lain yang saya tidak paham satu-satu, masing-masing memberbagi kesan-kesan kesan saat lagi kerja sama perusahaan ini, ada yang serius ada yang rileks dan ada juga yang penuh komedi, semua memberikan tahu sambutan dengan stylenya masing-masing. Kutinggalkan suamiku yang asyik mengobrol dari 1 barisan ke barisan yang lain, lelah berdiri terus, ditambah dengan sepatu hak tinggi seperti ini, kucari bangku yang masih tetap kosong pada tempat cukup belakang sekalian nikmati slow musik yang mengalun dengan dari pentas.
“Malam Bu, kok sendiri, Bapak mana?”, saya dikejutkan panggilan santun dari Pak Gun, pendamping suamiku di dalam kantor, dianya baru lima bulan gabung dengan perusahaan ini, menjadi belum cukup banyak yang dianya mengenal, dianya bawa dua minuman dan diberbaginya sebuah padaku.
“Eh Pak Gun, terima kasih, tuch Bapak kembali bercakap di dekat jendela sana”, jawabku menunjuk satu kelompok orang yang bercakap sekalian ketawa ria.
Kami lantas mengobrol, tidak kusangka kenyataannya pada usia yang sudah 35 tahun dianya masih tetap membujang, belum bertemu yang pas, ucapnya.
“Wanita bagus saya adalah yang elok itu tentu, lantas tinggi, putih, seksi dan anggun, ya kurang lebih seperti Bunda berikut”, ucapnya tidak ada suara nakal dibalik pengakuannya, entahlah beri pujian alias membujuk alias bisa dibuktikan menjelaskan jujur, bagaimana juga sudah membuatku senang. Disertai dentuman musik cantik, sejumlah pasangan mulai sertace, dianya ajakku sertace, sebentar saya cukup sangsi menerimanya tetapi saat kusaksikan sekilas suamiku sudah melantai dengan seorang wanita entahlah siapa saya tidak paham terang, rasanya tidak santun jika saya menampiknya.
Slow musik mengalun cantik, lagu ganti lagu sudah berakhir, saya sudah ganti pasangan sama orang yang lain beberapa tidak kukenal, sudah jadi rutinitas setiap tahun akhir dalam acara pesta seperti ini, lima lagu berakhir, saya kembali lagi ke meja Pak Gun, tau-tau kurasakan ruang seakan berputar-putar, kepalaku pusing, pandanganku mulai kabur, dengan refleks kuraih tangan Pak Gun sebagai pegangan.
“Eh mengapa tau-tau kepalaku pusing ini?”, tanyaku.
“Mungkin kelelahan Bu, habis Bunda sertace semangat sekali”.
“Tolong panggilkan Bapak, agar saya istirahat dahulu di dalam kamar”, pintaku.
Sekilas saya masih tetap dapat melihat suamiku sedang terlibat perbincangan di atas meja depan di barisan beberapa direksi. Pak Gun meninggalkanku sendiri, mataku berasa berat, ingin rasanya kurebahkan badanku selekasnya, untunglah dianya selekasnya tiba, kupikir suamiku tetapi kenyataannya Pak Gun.
“Maaf Bu, Bapak lagi serius dengan beberapa direksi itu, dianya tidak dapat meninggalkan, justru mintaku untuk mengantarkan Bunda ke kamar, sesaat lagi beliau susul”, ucapnya sekalian membimbingku ke kamar.
Di antara ingat dan tidak, saya masih tetap dapat rasakan dianya merengkuh dan membimbingku, sejenisnya tanpa sadar saya jalan ke arah kamar, kudekap kuat tangannya. Saya sudah tidak dapat meredam mata dan kepalaku semakin lama , kusandarkan kepalaku di badan Pak Gun, pendamping suamiku, jalan berasa panjang dan lift jalan demikian perlahan-lahan. Kuberbagi kunci kamar ke Pak Gun, dianya buka pintu dan membimbingku ke tempat tidur, saya masih tetap ingat saat dianya menempatkan tas dan selendangku di atas meja, buka cover bed yang masih tetap tertutup lantas merebahkan badanku perlahan-lahan tempat di tempat tidur, dilepasnya sepatuku lantas memijat kepala dan kakiku, kurasakan nikmat pijatannya, saya demikian kurang kuat dan demikian tidak memiliki daya.
“Ibu minum ini dahulu, lantas istirahat, kebenaran saya barusan membawa Panadol dari rumah”, ucapnya sekalian menimbarkan pil dan satu gelas air putih.
Tanpa cukup banyak bertanya kembali saya minum, lantas kupejamkan mataku yang tetap berat. Tidak kuperhatikan kembali Pak Gun yang masih tetap di dalam kamar menunggukaniku, tentu dianya dapat nikmati panorama badanku dengan sepuas hati, aku juga lelap dalam mengantuk yang luar biasa. Belum seutuhnya saya tertidur saat kurasakan badanku seperti digerayangi, perasaan wanitaku bangun, secara berat kubuka mataku, kabur samar kusaksikan muka Pak Gun dekat mukaku, berkali-kali dianya menciumi pipiku, lantas melumat bibirku, entahlah sudah berapakah lama dan berapakah jauh dianya menggerayangiku.
Tebersit kesadaran di diriku, saya meronta bentrokan geram melihat ketidak lebihajaran ini, tetapi saya tidak punyai tenaga untuk menantangnya tanpa daya saya wajib terima cumbuannya, pada keadaan normal saja sudah kalah tenaga apalagi kondisiku pada keadaan tidak kurang bugar. Terus saya meronta terus kuat juga dianya memegang tanganku.
“Pak jangan.., please stop, ingat Pak saya ini istri Pak Hendra, atasanmu”, saya menghiba tidak memiliki daya di bawah kekuasaannya.
“Sssttt.., diam.., saya tahu tersebut.., saya tahu apakah yang kamu lakukan jika suamimu keluar kota.., menjadi jangan berlagak suci.., cicipi saja”, ucapnya perlahan-lahan dengan penekanan kata untuk kata yang seakan menelanjangiku.
Saya bisa dibuktikan bukan istri yang setia, saya seringkali serong di saat suamiku tidak ada, tetapi itu kuperbuat dengan dasar sama-sama menyukai dan bukan dengann pemaksaan seperti ini, ini pemerkosaan namanya.
“Please Pak Gun, suamiku sesaat lagi tiba mencariku”, walaupun masih tetap kurang kuat saya berusaha merayunya.
“Jangan cemas, dianya berpikir kamu masih tetap ada di ruang acara pesta dan lagian dianya tidak paham kamu ada di mana karena bisa dibuktikan ini bukanlah kamarmu, tetapi kamarku, menjadi tidak perlu berpikiran yang beberapa macam”, ada suara teror di suaranya.
Bacaan Seks Dewasa Ngentot dengan Rasa Penuh Senang
Bibir Pak Gun telusuri leher tingkatanku, dijilatinya telingaku, saya merasa jijik tetapi apa dayaku karena bisa dibuktikan tidak memiliki daya. Mataku masih tetap demikian berat dan tenagaku demikian kurang kuat, saya tidak suka akan ketidakberdayaan ini. Saya cuma diam mematung saja terima penghinaan ini, mataku masih tetap berasa berat untuk dibuka, tetapi anehnya kurasakan badanku mulai panas menggebu-gebu, kubiarkan tangannya menelusuri sekujur badanku dan meremas remas buah dadaku yang masih tetap tertutup gaun merah sutera tanpa bra, saya cuma dapat menggigit bibir dengan mata tertutup terima tindakannya.
“Masih kenyal dan padat seperti anak gadis saja”, komentarnya saat rasakan buah dadaku.
Bibir Pak Gun telusuri pundak dan stop di dadaku, secara gampangnya dianya melepaskan tali ada di belakang leherku, sekarang ini dadaku lebar terbuka melawan.
“Very beautiful breast”, ucapnya.
Dia melihatinya sesaat, menciumi lantas mengulumnya, lidahnya dengan liar menari-nari di putingku. Rasa jijik yang sejak dari barusan menyelimutiku perlahan-lahan beralih menjadi kepuasan, badanku berasa terus panas menggebu-gebu, kuluman dan jilatan di putingku membuatku mulai turut bernafsu, mataku masih tetap berasa berat untuk dibuka tetapi nafsu yang ada tidak dapat kubendung kembali, menjadi tanpa kusadari saya mulai mendesis nikmat dalam dekapan dan kuluman pendamping suamiku. Gabungan remasan, jilatan dan kulumannya membuatku terus sukai tanpa kusadari.
Entahlah mengapa, terus liar dianya menggerayangiku terus nikmat juga rasanya, rasa geramku mulai beralih menjadi kepuasan tertentu, bahkan juga saat tangannya mulai menyeka wilayah memekku, tidak dapat kutahan kembali saya turut menggoyahkan pinggulku, nikmati usapan dan permainan jarinya di selangkanganku. Saya masih tetap pejamkan mata walaupun mulutku mulai mendesis dan pinggulku mulai bergoyang, benar-benar di luar tekadku, bahkan juga saat Pak Gun melumat lagi bibirku aku juga membalasnya lumatannya, sama-sama mengulum.
Benar-benar malu-maluin saat tanganku mulai membelai dan meremas rambutnya, bahkan juga saya menjerit nikmat saat lidah Pak Gun sentuh klitorisku dan kuangkat bokongku saat dianya melepaskan mini panty-ku, saya percaya dianya nikmati “keelokan” memekku yang teratur kupelihara rambutnya secara rapi membuat tebaris garis tegak. Saya tidak paham mengapa demikian “horny”, apa karena foreplay barusan sore yang tidak berkesinambungan atau mungkin ada sebabnya lain, tetapi saya tidak sebelumnya sempat berpikiran lebih jauh karena jilatan Pak Gun sangat nikmat di memekku.
Kuangkat pinggulku dan kubuka kakiku lebih lebar, permainan lidahnya semakin liar dan semakin nikmat apalagi saat kurasakan jarinya turut mengocak memekku sampai membuatku terus melambung tinggi. Jantungku berdetak terus kuat saat kurasakan k0ntol Pak Gun sapu bibir memekku, seharusnya saya menjerit geram tetapi tidak dapat kutahan malah kubuka kakiku lebar-lebar, entahlah kenapa, malah saya ingin buka mataku melihat gestur kemenangan darinya yang sudah sukses nikmati badanku, tetapi tetap berasa berat, kelopak mataku seolah lekat, saya meredam napas saat kejantanannya tembus lubang sempit memekku, kurasakan nikmat yang berbeda.
Ia mulai mengocak memekku, perlahan-lahan kejantanannya masuk keluar, kugigit bibirku untuk meredam desah kepuasanku, tetapi tidak sukses, saya mendesah semakin keras, mereguk kepuasan yang diberbagi Pak Gun. Badannya ditelungkupkan di atasku, tidak dapat kucegah kembali tanganku merengkuhnya, dan baru kusadari jika kenyataannya dianya masih tetap kenakan pakaian, saat tanganku meraba-raba bokongnya yang naik turun mengocakku, kenyataannya dianya tidak melepaskan celananya, benar-benar tidak kurang ajar ia, pikirku. Kocokannya semakin cepat menusuk memekku, di tengah-tengah asyiknya melalui lautan kepuasan, tau-tau kurasakan renyutan hebat dari k0ntolnya dan cairan hangat membasahi lubang memekku, dianya menjerit nikmat dalam orgasme sampai dengan refleks saya turut menjerit karena kaget.
Cukup bersedih merasakan dianya demikian cepat capai orgasme, walau sebenarnya saya menginginkannya semakin lama , secara kasar dianya secara langsung mengambil kejantanannya dari memekku, tidak lama kemudian kudengar bunyi resliting ditutup, dianya turun dari tempat tidur dan selang beberapa saat kudengar dianya keluar kamar tanpa ucapkan sepatah katapun. Saya merasa terhina dengan tindakannya itu, tetapi apa ingin dikata, badanku masih tetap lemas walaupun nafsuku masih tetap menggebu-gebu. Saya mengharap suamiku tiba isi kekosonganku ini, tetapi tidak mungkin, dianya tidak paham saya di mana, kupaksakan kubuka mataku, tetapi pandanganku masih tetap kabur dan kabur.
Dengan masih tetap terbaring tidak memiliki daya, pada akhirnya kuputuskan untuk istirahat dahulu sekalian dengan tidak sadar tanganku mainkan klitorisku sampai saya tertidur tidak ada penuntasan. Belum saya tertidur nyenyak, kurasakan suatu hal menindih lagi badanku, kupaksakan untuk buka mata, walaupun kabur saya masih tetap dapat ketahuii muka itu, yang terang bukan Pak Gun apalagi suamiku, walaupun badanku tidak berkekuatan tetapi daya ingatku masih tetap dapat bekerja walaupun tidak sebagus umumnya, muka itu kenal kembali buatku, dianya adalah salah seorang rekanan suamiku di dalam kantor, saya tidak paham namanya tetapi dianya salah seorang manajer di tahapan keuangan.
Sudah pasti saya ingin bentrokan tetapi tenagaku lenyap benar-benar, apalagi dalam tindihan badan yang lebih besar, benar-benar saya tidak ada memiliki daya, bahkan juga berkata juga lidah berasa berat, cuma bibirku yang bergerak tanpa suara, terkecuali cuma desisan. Dengan liarnya dianya menciumi pipi dan leherku, kadang-kadang dilumatnya bibirku, anehnya bukanlah hati benci tetapi malah hati nikmat yang kurasakan, terus dianya meraba-raba badanku terus nikmat rasanya, saya seperti cacing kepanasan, tidak sangsi kembali aku juga mulai mendesis tidak dapat kukontrol kembali desisanku, bahkan juga kubalas lumatan di bibirku, saya tidak tahu apakah yang terjadi dengan diriku, benar-benar malu-maluin.
Enaknya semakin tinggi rasanya saat dianya mengulum putingku, menjilat-jilatinya dengan liar, tanpa malu aku juga mendesis dalam birahi, kuremas rambutnya. Dianya berusaha melepaskan gaunku yang sudah tidak karuan melekat di badanku, bukanlah geram tetapi saya justru mempermudahnya. Sekarang ini badanku sudah telanjang di hadapannya, lenyap sudah keanggunan yang kupertontonkan di ruang acara pesta barusan, saya terbaring tidak memiliki daya di hadapannya, bahkan juga kakiku kubuka lebar sekalian mengharap dianya selekasnya meperbuatnya.
Kurasakan usapan kepala k0ntolnya di memekku, dengan sekali dorongan keras meluncurlah k0ntol yang terbungkus kondom itu isi lubang memekku, saya terhenyak terkejut akan kekasarannya, badanku menggelinjang nikmat, cairan sperma Pak Gun yang masih tetap ketinggalan di memekku memudahkan k0ntolnya sliding secara pesatnya, kasar dan liar kocokannya sekalian tangannya meremas-remas ke-2 buah dadaku, pinggulku turut bergoyang menyeimbangi irama bermainnya, desahan nikmat keluar mulutku tidak dapat kutahan kembali.
Mataku masih tetap terpejam saat lagi dianya meniduriku, rasanya masih tetap demikian berat untuk dibuka. Saya cuma dapat mendesah dalam kepuasan, dianya bawa kaki kananku dan ditumpangkan ke bahunya, k0ntolnya semakin saat isi lubang memekku, desahanku terus lepas tidak dapat kutahan. Cengkraman di buah dadaku semakin kuat dan selang beberapa saat kurasakan renyutan kuat dari spermanya disertai pekikan orgasme, saya pasrah menikmatinya, walau sebenarnya tanpa sadar saya masih tetap menginginkan lebih dari tersebut. Tanpa sepatah katapun dianya secara langsung mengambil keluar k0ntolnya dan turun dari tempat tidur, kembali saya wajib terima tindakan yang cukup mengejekkan ini.
Tetapi satu menit selanjutnya kurasakan dianya naik tempat tidur kembali, disekanya buah dadaku sekalian meremas-remas gaungs lantas dijilatinya ke-2 putingku sebelumnya terakhir dianya mengulumnya, saya mendesis lagi nikmat. Tanpa menunggu semakin lama , dianya masukkan k0ntolnya tanpa kondom ke memekku, saya terkejut karena k0ntolnya demikian keras walau sebenarnya dianya barusan orgasme, benar-benar hebat, pikirku. Perlahan-lahan dianya mulai mengocak, berasa nikmat, sejenisnya k0ntolnya semakin lebih besar dibanding awalnya, ini hari lebih nikmat ditambah dengan kocokan yang penuh hati, tidak kasar seperti barusan.
Saya semakin nikmati irama bermainnya yang slow but sure, bawa birahiku secara cepat terbang tinggi, desahan untuk desahan keluar bibirku, kubalas kuluman bibirnya, berasa halus dan menarik. Dianya memegang kakiku dan membuka lebar, dikulumnya jemari jari kakiku, saya menggelinjang geli dan nikmat, mendesah tidak ada kendalian, benar-benar nikmat, kocokannya semakin cepat walaupun dengan irama masih tetap. Tau-tau dianya mengocakku cepat sekali lantas secara pesatnya hebat keluar, kurasakan cairan hangat menyiram perutku disertai teriakannya, dianya keluarkan lagi sperma di atasku.
Seperti awalnya, tanpa suara dianya turun dari tempat tidur, dan kembali saya dibuat bingung saat dianya lagi naik ke tempat tidur selang beberapa saat, what the hell is this? Dia menyeka semua badanku dengan selimut alias handuk, saya tidak paham, lantas langsung menindihku, melumat bibirku dengan rakus, sejenisnya badannya lebih berat dibanding awalnya sampai asma saya dibikinnya. Dengan masih tetap belum melepaskan bajunya, walau sebenarnya saya sudah bermandikan keringat. Lidahnya telusuri leherku dan stop di ke-2 pucuk bukit di dada, saya mendesis nikmat untuk beberapa kalinya, tanpa malu saya mendesah dan menggelinjang mengutarakan gestur kepuasan yang kudapat. “Biarkanlah, toh dianya sudah nikmati badanku”, pikirku.
Karena itu aku juga terus lepas mendesah kepuasan. K0ntolnya langsung melesak ke saat memekku. Lebih kecil ini hari, cuma seringkali kocokan dianya sudah menyembur spermanya di memekku, berasa hangat membanjir, didiamkannya sekian hari tanpa pergerakan sampai keluar sendirinya. Dianya turun dari tempat tidur lantas naik dan langsung masukkan k0ntolnya. Saya kaget, demikian cepat k0ntolnya jadi membesar, sekarang ini berasa sesak di memekku, sebuahperbedaan yang cepat sekali. Ingin tahu saya dibikinnya, kucoba untuk buka mataku tetapi kelopak mataku masih tetap benar-benar berat seolah tutup rapat, k0ntol besar itu sliding masuk keluar, ada rasa ngilu dan nikmat bersatu jadi satu, kocokannya lama-lama semakin nikmat membawaku ke pucuk kepuasan.
Tidak dapat dijauhi kembali aku juga orgasme dalam dekapannya, badanku menegang seolah menumpahkan semua keinginan yang berkobar sejak dari barusan, sesaat diapun meng ikutiku ke pucuk kepuasan. Renyutannya demikian hebat menerpa dinding-dinding memekku, ditariknya keluar untuk menumpahkan tampungan spermanya di kondom ke dada dan perutku, saya cuma dapat diam pasrah tanpa protes mendapatkan tindakan seperti ini, dianya turun dari tempat tidur dan ini hari tidak naik kembali. Napasku naik turun mendapat percumbuan yang baru terjadi, rasa mengantuk hebat menerpaku di ketersendirian ini, entahlah apa yang dibuatnya di dalam kamar ini, saya tidak perduli, saya cuma ingin tidur sesaat saat sebelum gabung lagi dengan suamiku.
Saya masih tetap sebelumnya sempat layani gairahnya seringkali kembali sebelumnya terakhir dianya betul-betul membiarkanku sendiri lelap dalam tidurku. “Tidak perlu cemas, obatnya dapat bersi kokoh sampai pagi jika tidak diberbagi obat anti-nya”, sayup-sayup masih tetap kudengar orang menjelaskan entahlah pada siapa dan apa tujuannya, tetapi saya terburu sangat lelap. Saya tersadarkan saat kurasakan recikan air di mukaku, kubuka mataku yang sudah tidak seberat barusan walaupun masih tetap berasa berat. Pak Gun duduk di sampingku dengan senyumnya yang menarik seolah tidak sebelumnya sempat terjadi apapun itu.
Ia tutupi badan telanjangku dengan handuk.
“Minumlah ini agar fresh”, dianya memberikan satu cangkir teh hangat yang wewangiannya keras menyerang.
Betul saja tubuhku berasa lebih fresh sehabis minum, rasa hangat menyebar ke sekujur badanku. “Sana membersihkan badanmu, lantas kami turun”, ucapnya santun, walaupun tanpa panggilan Bunda kembali, benar-benar berbeda dari sebelumnya. Kubersihkan badanku dari beberapa sisa sperma, kusiram sama air hangat sampai tubuhku berasa fresh . Dengan berbalut handuk saya keluar kamar mandi. Tidak kusangka kenyataannya Pak Gun sudah menunggukanku di tempat tidur pada keadaan telanjang, saya berdiri bengong mematung melihatnya.
“Tapi…”, saya berusaha menghindari karena memekku masih tetap berasa panas.
Entahlah berapakah kali saya barusan ditidurinya.
“Saya ingin meperbuatnya dengan situasi lainnya, lagian kami masih tetap punyai waktu 1/2 jam lebih saat sebelum larut malam”, ucapnya sekalian menepuk nepuk bantal di sampingnya.
Pada akhirnya “mau tak mau” saya mengikuti kemauan pendamping suamiku itu untuk melepaskan gairah birahinya pada istri atasannya. Kami bercinta dengan penuh gairah seperti sepasang pacar yang dimabuk birahi, tidak kusangka dianya seorang pemain cinta yang luar biasa. Kami bercinta dengan sejumlah posisi, nyaris kerepotan saya melayaninya, gairahnya benar-benar besar dan pandai atur irama permainan, dianya demikian memahami lika-liku wilayah erotis wanita, saya sangat merasa senang dibikinnya.
Kami orgasme bersama, dianya banjiri memekku pas saat kembang api meledak pada udara mengidentifikasi pergantian tahun.
“Bahagia New Year”, katanya sekalian mengecup kening dan bibirku.
Kami masih tetap telanjang dan sama-sama berangkulan, kubalas dengan mesra ciuman di bibirnya.
“Mari, kami wajib selekasnya gabung sama mereka saat sebelum suamiku sadar akan ketidak hadiranku”, kataku mendorongnya turun dari badanku.
Selekasnya kukenakan kembali gaun merahku, tidak kutemukan mini panty tadi kukenakan, pada akhirnya kuputuskan agar selekasnya berakhir tanpa panty ke acara pesta. Kurapikan baju, make-up dan rambutku untuk siap-siap turun. Tau-tau Pak Gun merengkuhku dari belakang.
“Let’s do it again quickly”, bisiknya.
Saya ingin menampiknya tetapi saya ingin menikmatinya satu kali lagi. Dianya mendudukkanku di atas meja, disingkapkannya gaunku sampai ke perut, memekku terbuka melawan, dengan buka resliting celananya dianya melepaskan lagi k0ntolnya ke memekku, mengocak secara pesatnya sekalian meremas buah dadaku, saya mendesis seperti yang kuperbuat awalnya, dan kamipun kembali orgasme bersama-sama. Dianya menciumku mesra. Kembali kurapikan performaku saat sebelum kami keluar kamar masing-masing, untuk menghambat faktor yang tidak diharap.
Entahlah sudah berapakah lama saya ada di kamar tersebut. Situasi ballroom sudah benar-benar berbeda dari waktu kutinggal barusan. Formasi bangku sudah berbeda semua, faktor itu umum terjadi saat acara pesta jalan. Kucari-cari suamiku tetapi tidak kutemukan. Sejumlah pasang mata melihatku dengan pandangan yang menelanjangiku, tetapi saya masih tetap optimis performaku, walaupun tanpa underwear.
Pada akhirnya kutemukan suamiku di sudut ruang, kenakan topi kerucut tahun baru dan menggenggam terompet, dianya berkesan demikian tersanjung.
“Selamat Tahun Baru, Sayang”, katanya sekalian mengecup bibirku yang kubalas dengan ciuman mesra.
Sejenisnya dianya tidak sadar jika saya sempat hilang. Kusaksikan Pak Gun mendekati kami dan ucapkan faktor yang masih sama, seolah tidak sebelumnya sempat terjadi apapun itu antara kami. Pada akhirnya the party is over, beberapa panitia berbaris di muka pintu terima perkataan selamat dari beberapa undangan, sekaligus mohon pamit pulang. Kusaksikan beberapa wajah yang kukenal, tetapi lebih cukup banyak tidak kukenal, salah satunya adalah orang tadi meniduriku “berkali-kali”.
“You have wonderful wife”, ucapnya pada suamiku.
“Thanks Pak Kris”, jawab suamiku sekalian merengkuhku tanpa tahu apa tujuannya.
“Selamat Tahun Baru Pak Hendra, Kamu untung punyai istri seperti ia”, tutur seseorang kembali yang tidak kukenal.
“Keduanya sama, terima kasih Pak Dwi”, jawab suamiku senang.
“Bahagia New Year, istri kamu benar-benar hebat, thank sudah memberikan kesempatan” orang asing yang memujiku, walau sebenarnya saya merasa sebelumnya sempat bertemu dengannya.
“Sama, kamu dapat saja”, balas suamiku.
“Ternyata kamu punyai cukup banyak pencinta”, bisik suamiku sekalian menyalami tamu yang lain yang mohon pamit pulang.
“Habis Papah ninggalin saya, menjadi kuterima saja ajakan sertace tiap orang, Papah tidak geram kan”, jawabku bohong sekalian mencubit lengannya.
“Tidak apa, asal kamu menikmatinya”, jawab suamiku polos.
Pada akhirnya kami kembali lagi ke kamar jam 1:30 pagi hari, dengan rugi saya menampik kemauan suamiku untuk meneruskan foreplay barusan sore karena memekku masih tetap berasa bengkak dan ngilu, dan kamipun tertidur dengan masa lalu melepaskan tahun pergantian tahun yang berbeda.
Beberapa akhir saya dikasih tahu Pak Gun jika yang meniduriku “berkali-kali” itu sebenarnya bukan seseorang, tetapi sebagian orang, sekurang-kurangnya tiga orang rekanan seclub golf, lainnya dianya tidak ketahuinya. Dianya tidak ingin mengatakan jumlah tentunya, apalagi beberapa nama orangnya. Ini membuatku ingin tahu sampai sekarang ini.
Benar-benar keterlaluan jika saya tidak paham orang yang sudah nikmati badanku. Jangankan namanya, mukanya saja saya tidak paham terkecuali Pak Gun dan yang disebutkan suamiku Pak Kris barusan. Dianya tidak sebelumnya sempat benarkan alias menentang kecurigaanku jika obat yang dianya sebutkan Panadol itu sebenarnya adalah obat perangsang.